Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pelayaran PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) telah mencatatkan kinerja moncer labanya pada paruh pertama 2025. Mesin pertumbuhan makin digenjot di antaranya melalui berbagai langkah ekspansi agar laju laba paruh kedua 2025 tetap kuat.
Berdasarkan laporan keuangan, SMDR telah membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$29,3 juta pada semester I/2025, tumbuh 30% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih semester I/2024 sebesar US$22,5 juta.
Adapun, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi alias EBITDA SMDR mencapai US$96,3 juta, naik 27% yoy.
Pertumbuhan laba SMDR sejalan dengan pendapatan yang naik 17% yoy menjadi US$379,1 juta per semester I/2025, dibandingkan US$323,9 juta per semester I/2024.
"Dengan kondisi tersebut, membuat kami sangat bersyukur dan membuat kami semakin optimistis bahwa di 2025 ini meskipun banyak tantangan, tetapi kami percaya banyak juga peluang untuk dapatkan hasil yang baik," kata Direktur Utama Samudera Indonesia Bani M. Mulia dalam konferensi pers pada Rabu (30/7/2025).
Bani menjelaskan bahwa hasil semester I/2025 menumbuhkan optimisme, tetapi perseroan tetap berhati-hati. Sebab, perdagangan global masih menghadapi tantangan seperti perang dagang hingga kondisi geopolitik.
Baca Juga
"Maka secara dinamis perusahaan pelayaran harus bisa fleksibel sesuaikan dengan kondisi dan bersiap ambil peluang yang ada," ujar Bani.
Ke depan, SMDR pun menyiapkan ancang-ancang guna mempertahankan kinerja moncer bisnisnya. SMDR misalnya terus berekspansi. SMDR berencana menambah empat kapal baru tahun ini. Pada Januari 2025, Samudera Indonesia telah meluncurkan Sinar Pangkalan Brandan, kapal kontainer bermuatan 694 TEUs.
Dana belanja modal (capital expenditure/capex) kemudian ditambah. Sebelumnya, total capex yang disiapkan oleh SMDR mencapai US$236 juta sampai US$250 juta pada tahun ini.
"Kami akan beli kapal tambahan karena memang saat ini permintaan pelanggan lebih besar," tutur Bani.
Menurutnya permintaan pelayaran saat ini cukup sehat. Perseroan pun mengalami lonjakan volume pengangkutan.
"Demand yang ada di pasar jadinya cukup dalam melakukan investment capex. Ini tren positif yang kemungkinan lanjut sampai akhir tahun," ujar Bani.
Selain ekspansi penambahan kapal, SMDR melakukan ekspansi pada beberapa lini usaha lainnya, salah satunya industri galangan melalui pembangunan Galangan Samudera Madura. Galangan tersebut memiliki total area sekitar 5,5 hektar dan kapasitas dermaga yaitu lebih dari 40.000 DWT.
Samudera Indonesia juga sebagai salah satu anggota konsorsium Patimban Global Gateway (PGT) menargetkan tahap pengadaan peralatan yang sudah dimulai sejak April 2025. Selanjutnya terminal peti kemas itu akan beroperasi pada Agustus 2026.
Gerak Saham SMDR
Di tengah kinerja laba moncer dan geliat ekspansi, harga saham SMDR tergolong moncer. Harga saham SMDR memang melemah 3,53% pada perdagangan hari ini, Kamis (31/7/2025) ke level Rp328 per lembar.
Namun, harga saham SMDR telah menguat 22,39% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai geliat ekspansi SMDR akan diapresiasi pasar. Kondisi penguatan harga saham SMDR pun menurutnya didorong oleh meredanya gangguan supply chain dan permintaan perdagangan yang mulai berjalan normal.
"Penambahan kapal baru dan ekspansi bisnis lainnya itu akan menjadi sentimen positif bagi emiten ke depan khususnya yang berbasis pelayaran," ujar Nafan, Kamis (31/7/2025).
Akan tetapi, secara teknikal saham SMDR telah mencapai target harganya. Alhasil, dia memberikan peringkat sell on strength untuk SMDR.
Di sisi lain, emiten pelayaran seperti SMDR juga masih menghadapi tantangan pergerakan harga komoditas yang relatif volatil serta pertumbuhan ekonomi global yang memberikan dampak pada supply chain.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan saham pelayaran seperti SMDR menghadapi tantangan lemahnya konsumsi domestik serta daya beli masyarakat pada tahun ini.
Kinerja bisnis segmen pelayaran juga akan dipengaruhi oleh geliat industri manufaktur Indonesia. Sementara, mengacu laporan S&P Global, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia turun ke level 46,9 pada Juni 2025 dari bulan sebelumnya 47,4.
Dalam laporan terbaru S&P Global, tren kontraksi ini berlanjut sejak April 2025 lalu yang anjlok ke angka 46,7. Angka PMI manufaktur ini juga disebut terendah kedua sejak Agustus 2021 yang menunjukkan penurunan sektor produksi.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.