Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manuver Grup Djarum Dongkrak Kinerja Surya Semesta (SSIA)

Manuver akumulasi saham SSIA oleh Grup Djarum diyakini menjadi magnet baru dalam memperkuat prospek kawasan industri Subang Smartpolitan.
Subang Smartpolitan SSIA
Subang Smartpolitan SSIA

Bisnis.com, JAKARTA — Kehadiran holding investasi milik Grup Djarum, PT Dwimuria Investama Andalan menjadi daya tarik baru bagi emiten kawasan industri, PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) di lantai bursa.

Pada saat bersamaan, manuver ini sekaligus menandai penguatan peran Grup Djarum dalam lini bisnis kawasan industri khususnya melalui proyek Subang Smartpolitan yang dinilai bakal menjadi motor pertumbuhan baru SSIA.

Berdasarkan laporan kepemilikan saham investor di atas 5% yang dirilis Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 4 Juli 2025, Dwimuria Investama tercatat sebagai pemilik 247,99 juta saham SSIA atau setara 5,27%. Transaksi ini dilakukan melalui PT BCA Sekuritas sebagai perantara perdagangan efek.

Jika mengacu pada harga SSIA di level Rp1.705 per saham saat itu, maka nilai akumulasi portofolio Dwimuria Investama mencapai sekitar Rp422,82 miliar.

Aksi tersebut lantas menjadikan Grup Djarum sejajar dengan investor besar lain di SSIA, seperti Arman Investment Utama yang memiliki 8,52% saham, Intrepid Investment Limited sebesar 8,2%, dan Persada Capital Investama 7,85%.

Keterlibatan Grup Djarum di SSIA bukanlah hal baru. Sebelumnya, pada 2024, Grup Djarum melalui PT Puri Bumi Lestari telah mengambil bagian kepemilikan sebesar 36,5% di PT Surya Cipta Swadaya, anak usaha SSIA yang menjadi pengembang kawasan industri Subang Smartpolitan.

“Langkah ini merupakan bentuk kepercayaan lanjutan dari Grup Djarum terhadap prospek bisnis jangka panjang SSIA, terutama di sektor kawasan industri,” ujar Erlin Budiman, VP Investor Relations and Corporate Communications SSIA, kepada Bisnis baru-baru ini.

Menurut Erlin, masuknya Grup Djarum sebagai pemegang saham perseroan akan semakin memperkuat daya tarik Subang Smartpolitan, terutama bagi calon tenant yang tengah mempertimbangkan pembelian lahan.

“Kami menilai kehadiran Djarum sebagai mitra strategis berdampak positif terhadap keputusan pembelian lahan oleh calon tenant,” pungkasnya.

Sinergi keduanya juga diperluas ke pengembangan infrastruktur digital kawasan. SSIA dan Djarum melalui unit usaha telekomunikasi Iforte telah bekerja sama menghadirkan jaringan backbone internet untuk mendukung ekosistem kota pintar di Subang Smartpolitan.

Pada tahun ini, SSIA berencana mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp3,6 triliun untuk tahun buku 2025. Sebagian besar dana tersebut akan difokuskan pada percepatan pengembangan kawasan industri Subang Smartpolitan dan renovasi Hotel Melia Bali.

Erlin menyampaikan bahwa dari total capex, sebanyak Rp2,4 triliun dialokasikan untuk pengembangan Subang Smartpolitan. Perinciannya, sekitar 30% akan digunakan untuk mengakuisisi lahan dan sisanya diarahkan ke rencana pengembangan. Komposisi ini mengalami pergeseran dari tahun sebelumnya yang cenderung seimbang antara pembebasan lahan dan pembangunan.

“Pengembangan Subang harus segera dipercepat. Dari total alokasi capex sebesar Rp2,4 triliun tahun ini atau sekitar 30% akan digunakan untuk akuisisi lahan, sementara porsi lebih besar dialokasikan untuk pengembangan lahan.”
 
SUBANG SMARTPOLITAN

Selain diwarnai hadirnya Grup Djarum, daya tarik kawasan industri Subang Smartpolitan juga semakin kuat setelah kedatangan investor besar yakni BYD. Raksasa otomotif asal China ini akan menempati lahan seluas 108 hektare di fase kedua kawasan tersebut dengan target operasional awal 2026.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Yasmin Soulisa, menyebut Subang Smartpolitan telah menunjukkan perkembangan infrastruktur yang signifikan seperti konstruksi jalan, jaringan utilitas bawah tanah, dan fasilitas pengolahan air. Adapun, tantangan utama pengembangan terletak di konektivitas logistik.

“Namun, seiring dengan kemajuan proyek Jalan Tol Akses Patimban, kami yakin SSIA berada pada posisi yang tepat untuk membuka nilai tambang lebih lanjut dan meningkatkan daya saing di pasar properti industri,” ujarnya dalam riset.

Subang juga menawarkan keunggulan biaya tenaga kerja. Upah minimum kabupaten/kota (UMK) Subang sebesar Rp3,51 juta per bulan atau lebih rendah dibandingkan Karawang, sehingga memberikan daya tarik tambahan.

Di samping itu, Yasmin menuturkan jarak Subang ke Pelabuhan Patimban hanya sekitar 40 km. Saat ini, tempuh masih berkisar 90–120 menit, tetapi akan dipangkas menjadi sekitar 60 menit setelah tol akses beroperasi penuh.

“Waktu tempuh Subang ke Pelabuhan Patimban diperkirakan turun menjadi sekitar satu jam setelah Jalan Tol Akses Patimban sepanjang 37,05 km selesai dibangun dan mulai beroperasi pada Kuartal I/2026,” pungkasnya.

Menurutnya, peningkatan konektivitas akan memberikan keunggulan kompetitif bagi Subang Smartpolitan dibandingkan kawasan industri Karawang. Sebagai perbandingan, waktu tempuh kendaraan pengangkut produk otomotif dari Karawang ke Pelabuhan Tanjung Priok saat ini mencapai sekitar empat jam.

Sementara itu, Head Research Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi menilai bahwa kehadiran BYD ke Subang Smartpolitan berpotensi memicu gelombang masuknya rantai pasok kendaraan listrik, mulai dari produsen baterai komponen otomotif, hingga pabrikan otomotif global lainnya.

Prasetya menuturkan bahwa jika berkaca ke belakang, akuisisi lahan industri seluas 60 hektare oleh Wuling dari PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) pada 2015 juga berhasil menarik minat dari pemain otomotif lainnya.

“Hyundai bahkan mencatatkan pembelian lahan 90 hektare antara 2019 hingga 2023. Kami memperkirakan tren serupa akan terjadi di SSIA, seiring dengan ekspansi lanjutan dari BYD maupun pemasok otomotif lainnya,” ucapnya.

Samuel Sekuritas memproyeksikan penjualan lahan SSIA akan mencapai 137 hektare pada 2025 dan naik menjadi 145 hektare pada 2026. Adapun harga lahan di Subang juga diperkirakan tumbuh sekitar 15%-20% pada tahun ini, dengan rerata harga kuartal I/2025 mencapai US$120 per meter persegi.

Ina Sekuritas, dalam riset terbarunya, turut meramalkan bahwa SSIA berpotensi mempertahankan momentum pertumbuhan pada 2025. Proyeksi ini akan ditopang oleh Subang Smartpolitan sebagai mesin pertumbuhan.

“Segmen properti yang dipimpin oleh kawasan industri Subang Smartpolitan diharapkan menjadi mesin pertumbuhan utama, dengan target penjualan lahan seluas 137 hektare,” tulit tim riset Ina Sekuritas.

Seluruh katalis ini akhirnya membuat saham SSIA terbang. Hingga perdagangan kemarin, Rabu (16/7), saham perseroan sudah berada di level Rp2.520 per saham atau melonjak 87,36% sejak awal tahun. Banderol tersebut juga melampaui estimasi target harga dari konsensus analis yang rata-rata di level Rp1.804. 

__________ 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper