Bisnis.com, JAKARTA — Nilai kapitalisasi pasar emiten energi terbarukan milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) kembali menembus Rp1.000 triliun menyusul lonjakan harga sahamnya pada perdagangan awal pekan ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, saham BREN melonjak 19,67% ke level Rp7.300 pada perdagangan Senin (14/7/2025). Reli saham BREN berlanjut pada Selasa (15/7/2025) dengan kenaikan 6,16% ke posisi Rp7.750 per saham.
Sejalan dengan lesatan harga saham itu, nilai kapitalisasi pasar BREN turut melambung. Hingga perdagangan kemarin, BEI mencatat market cap BREN mencapai Rp1.037 triliun.
Alhasil, BREN menjadi emiten dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar kedua di BEI setelah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Nilai itu market cap BREN hanya terpaut Rp6 triliun dari kapitalisasi pasar BBCA yang menyentuh Rp1.043 triliun.
Market cap BREN tercatat melampaui PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) senilai Rp843 triliun.
Sementara itu, nilai kapitalisasi pasar PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) yang telah melantai di BEI sejak sepekan lalu telah meroket dari Rp23,7 triliun menjadi Rp78,01 triliun.
Hal itu sejalan dengan lonjakan harga saham CDIA yang mengalami auto rejection atas (ARA) 5 hari perdagangan berturut-turut sejak listing pada 9 Juli 2025. Akibatnya, saham Chandra Daya Investasi terbang 228,94% dari harga IPO Rp190 per saham ke posisi Rp625 per saham pada Selasa (15/7/2025).
Di sisi kinerja operasional, Barito Renewables Energy baru-baru ini meresmikan lima proyek di pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) milik anak usaha perseroan yaitu Star Energy Geothermal di Salak dan Wayang Windu, Jawa Barat.
Lima proyek tersebut akan beroperasi komersial pada 2025 dan 2026 dengan total kapasitas 112 MW. Pertama, Salak Binary, dengan total investasi sebesar US$45.5 juta, total kapasitas terpasang 16.6 MW yang telah COD pada Februari 2025.
Kedua, Wayang Windu Unit 3, dengan total investasi sebesar US$106.3 juta, total kapasitas 30 MW dengan proyeksi Commercial Operation Date (COD) pada Desember 2026.
Ketiga, Salak Unit 7, dengan total investasi sebesar US$133 juta, total kapasitas 40 MW dengan proyeksi COD pada Desember 2026.
Keempat, retrofitting Salak Unit 4, 5, dan 6, dengan total investasi US$23 juta, total kapasitas 7,2 MW dan proyeksi COD pada Agustus 2025.
Kelima, retrofitting Wayang Windu Unit 1 dan 2, dengan total investasi US$57 juta, total kapasitas 18,4 MW dengan proyeksi COD pada Januari 2026.
Direktur Utama BREN Hendra Soetijpto Tan mengatakan peresmian dengan peletakan batu pertama atau ground breaking itu menjadi penegasan kembali peran strategis BREN untuk mendukung transisi energi bersih nasional.
Adapun, BREN berkomitmen menggelontorkan investasi senilai US$365 juta untuk menambah kapasitas pembangkit listrik sebesar 112 MW.
Dia juga menegaskan komitmen perseroan untuk mendukung Indonesia mencapai masa depan yang lebih hijau dan maju bersama masyarakat, terutama di area operasional BREN.
Lebih lanjut, proyek milik BREN ini akan menyerap 3.356 tenaga kerja, berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dengan pembangunan rendah karbon.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.