Bisnis.com, JAKARTA – Emiten BUMN PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) masih mengantongi sisa dana hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) sebesar Rp4,10 triliun hingga akhir semester I/2025.
Berdasarkan laporan penggunaan dana IPO per 30 Juni 2025, PGEO telah merealisasikan dana sebesar Rp4,66 triliun atau sekitar 53,13% dari total perolehan IPO senilai Rp8,77 triliun. Dana tersebut digunakan untuk belanja modal pengembangan wilayah kerja panas bumi (WKP), pelunasan pinjaman, serta digitalisasi operasional.
Pengembangan WKP terbagi atas dua kategori utama. Pertama, sebesar 55% dari total capex ditujukan untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan existing Perseroan melalui pendekatan konvensional dan teknologi co-generation. Dari total anggaran Rp3,98 triliun untuk segmen ini, PGEO telah menyerap Rp2,26 triliun atau 56,77%.
Kedua, sebesar 33% dari total capex dialokasikan untuk mengantisipasi kebutuhan pasar baru. Realisasi pada pos ini masih relatif kecil, yakni baru mencapai Rp6,3 miliar atau 0,26% dari total alokasi senilai Rp2,38 triliun.
PGEO juga telah melunasi fasilitas pinjaman kepada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. senilai Rp1,53 triliun, dan menyerap 98% dari dana untuk pengembangan digitalisasi dan manajemen reservoir, sebesar Rp852,45 miliar dari total Rp869,16 miliar.
Sisa dana IPO senilai Rp4,10 triliun saat ini ditempatkan dalam bentuk deposito dolar AS di PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN), dengan dua skema penempatan:
Baca Juga
- US$200 juta atau setara Rp3,25 triliun, dengan bunga 5,86%, jangka waktu penempatan selama 3 bulan (triwulanan)
- US$52,99 juta atau setara Rp860,02 miliar, dengan bunga 5,65%, jangka waktu penempatan selama 3 bulan (triwulanan)
Untuk diketahui, PGEO resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada Februari 2023 dengan harga penawaran Rp875 per saham, dan mengantongi dana segar sebesar Rp9,06 triliun dari aksi korporasi tersebut.
Dari sisi kinerja keuangan, Pertamina Geothermal Energy membukukan laba bersih sebesar US$31,37 juta atau sekitar Rp528,91 miliar pada kuartal I/2025, turun 33,97% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan per akhir Maret 2025, PGEO menorehkan pendapatan sebesar US$101,51 juta sepanjang Januari-Maret. Perolehan tersebut turun dibandingkan dengan posisi US$103,32 juta pada kuartal I/2024.
Pendapatan ini disumbangkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) area Kamojang sebesar US$39,08 juta, Ulubelu senilai US$28,12 juta, Lahendong sebesar US$21,31 juta, Lumut Balai US$10,51 juta, dan Karaha US$2,46 juta.
Sejalan dengan penurunan pendapatan, beban pokok dan beban langsung lainnya tercatat meningkat 6,78% year on year (YoY) menjadi US$43,25 juta. Alhasil, PGEO meraih laba kotor senilai US$58,25 juta atau turun 7,25% YoY.
Lebih lanjut, PGEO mampu menekan beban umum dan administrasi sebesar 34,6% YoY menjadi US$3,01 juta. Namun, laba usaha tetap mengalami penurunan menjadi US$55,33 juta pada kuartal I/2025, dari sebelumnya US$58,26 juta.
Setelah memperhitungkan pendapatan dan beban lainnya, PGEO mencetak laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk atau laba bersih senilai US$31,37 juta hingga akhir Maret 2025. Capaian laba bersih PGEO itu turun 33,97% YoY dari periode sama tahun lalu sebesar US$47,51 juta.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.