Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menanti Cuan Saham Konsumer Semester II/2025 dari Belanja Pemerintah

Saham emiten konsumer diproyeksi rebound pada paruh kedua tahun ini, ditopang oleh belanja pemerintah yang royal untuk menungkit daya beli masyarakat.
Pengunjung melihat produk di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (30/6/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pengunjung melihat produk di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (30/6/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten konsumer diproyeksi rebound pada paruh kedua tahun ini, ditopang oleh belanja pemerintah yang royal untuk menungkit daya beli.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks consumer cyclical menguat tipis 0,01% menjadi 728,56 pada Kamis (3/7/2025). Namun, sejak awal tahun, indeks consumer cyclicals anjlok 12,74%.

Sedangkan indeks consumer non-cyclicals sempat naik lebih tinggi 1,34% menjadi 676,76 pada Kamis (3/7/2025). Dan sejak awal tahun, kinerjanya turun 7,23%.

Equity Research Analyst OCBC Sekuritas Liga Maradona memprediksi kinerja indeks consumer cyclical bakal lebih baik ketimbang performa pada paruh pertama 2025 dengan sejumlah katalis.

Adapun, pelemahan indeks consumer cyclical terutama pada 9 April 2025 bertepatan dengan seminggu setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor AS dari hampir semua negara. Indeks akhirnya berada pada level terendahnya sepanjang tahun berjalan di level 635,59.

“Kinerja semester II/2025 akan lebih baik dibandingkan semester I/2025 dikarenakan ada bantuan belanja dari pemerintah berupa tarif diskon transportasi hingga bantuan sosial serta percepatan anggaran proyek-proyek pemerintah,” katanya saat dihubungi, Jumat (4/7/2025).

Pemerintah telah meluncurkan lima paket stimulus ekonomi sepanjang Juni–Juli 2025. Stimulus itu antara lain diskon transportasi, diskon tarif tol, bantuan pangan dan kartu sembako, bantuan subsidi upah, hingga diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja.

Akan tetapi, Liga melihat performa indeks konsumer pada semester II/2025 tetap dibayang-bayangi keputusan Tarif Trump pada 9 Juli mendatang.

Jika keputusan Trump masih menerapkan tarif impor yang tinggi terhadap Indonesia, maka dapat dipastikan sektor ini akan tertekan sepanjang 2025.

“Tertekan dikarenakan mata uang rupiah terhadap dolar AS yang melemah, sehingga akan meningkatkan harga pokok penjualan dan tentunya akan menurunkan margin,” katanya.

Senada, Head of Research BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan mengatakan kinerja sektor konsumer secara umum bakal sangat bergantung pada penguatan rupiah dan belanja pemerintah.

Terlebih lagi, dia menilai bahwa saham-saham di sektor konsumer tengah dalam valuasi yang murah setelah tertekan pada April lalu. Menurutnya, sektor ini memiliki peluang penguatan ke depannya.

"Sektor konsumer akan menjadi salah satu yang mungkin diuntungkan kalau rupiah menguat,” katanya.

Salah satu saham yang direkomendasikan adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI). Sepanjang tahun berjalan, kinerja saham MAPI masih tertekan 12,06% di level Rp1.240.

Kendati MAPI masih dibayang-bayangi kinerja Starbucks, namun penguatan MAPI dinilai bakal terdorong oleh kinerja MAP Active (MAPA) sepanjang 2025.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper