Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Properti Dibayangi Kenaikan Rasio Kredit Bermasalah KPR

Kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL) KPR hingga 2,9% per Maret 2025 memicu kekhawatiran terhadap sektor properti, khususnya segmen hunian menengah.
Foto udara proyek pembangunan perumahan di kawasan Cikadut, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/1/2025)/JIBI/Bisnis/Rachman
Foto udara proyek pembangunan perumahan di kawasan Cikadut, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/1/2025)/JIBI/Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Meningkatnya rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) pada kredit pemilikan rumah atau KPR dikhawatirkan memberi tekanan saham emiten-emiten sektor properti. 

Riset BRI Danareksa Sekuritas mengungkapkan kualitas aset kredit rumah tangga terus memburuk pada awal 2025, ditandai dengan naiknya rasio NPL di seluruh segmen termasuk properti, kendaraan dan kredit rumah tangga lainnya. 

Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano menyebutkan bahwa secara keseluruhan rasio NPL rumah tangga naik menuju level 2,1% per Maret 2025 dari posisi 1,8% pada periode yang sama tahun lalu.

Secara terperinci, kenaikan NPL terjadi pada kredit properti sebesar 36 basis poin (bps) menjadi 2,9%, kredit kendaraan meningkat 18 bps menjadi 2,2% dan kredit rumah tangga lainnya naik 25 bps menjadi 1,6%. 

“KPR menyumbang lebih dari seperti total kredit rumah tangga, dan rasio NPL baru-baru ini meningkat menjadi 2,9% per Maret 2025,” ujar Victor dalam publikasi riset dikutip Senin (30/6/2025).

Menurutnya, kombinasi antara pertumbuhan kredit yang melambat dan kenaikan NPL KPR dinilai sebagai sinyal memburuknya kualitas aset, meski perbankan telah lebih selektif dalam menyalurkan kredit sejak pandemi.

Selain itu, Victor mengatakan rasio NPL rumah tapak dan apartemen juga memperlihatkan tren kenaikan sejak 2022. Segmen rumah tapak, yang berkontribusi lebih dari 90% dari total portofolio KPR, mendekati level NPL tertinggi sebelum Covid-19. Adapun, NPL segmen apartemen naik ke rekor tertinggi 3,2% per Maret 2025.

Dia menuturkan dalam dua puncak NPL sebelumnya pada 2017 dan 2020, kenaikan disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang tinggi yakni di atas 80% pada 2013 dan lebih dari 30% pada 2018. Namun, lonjakan NPL pada tahun ini hanya didahului oleh pertumbuhan KPR satu digit pada 2022.

“Menurut kami, hal ini semakin memperkuat kemungkinan terjadinya efek rambatan ke atas [trickle-up effect] dari penurunan kualitas aset pada segmen mikro ke segmen konsumen menengah sepanjang 2025,” ucap Victor. 

Dalam perkembangan sebelumnya, emiten properti PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) mengungkapkan implementasi penurunan suku bunga KPR belum berjalan optimal, meskipun Bank Indonesia (BI) yang telah menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,5% pada Mei 2025.

Head of Investor Relation Ciputra Development, Aditya Ciputra Sastrawinata, mengatakan ruang penurunan bunga KPR di perbankan cenderung terbatas lantaran loan to deposit ratio (LDR) sudah di level 90%. Pada saat bersamaan, sekitar 72% konsumen perseroan masih mengandalkan fasilitas KPR untuk pembelian properti. 

“Kalau kita lihat situasi likuiditas perbankan saat ini, loan to deposit ratio sudah berada di atas 90% secara agregat. Dengan demikian, ruang perbankan untuk menurunkan bunga KPR sudah terbatas,” ujarnya. 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper