Bisnis.com, JAKARTA — Anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA), PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) berencana melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Bagaimana kemudian minat investor dan dorongan bagi transaksi saham di pasar?
Berdasarkan prospektus, CDIA akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 12,48 miliar saham biasa dengan nominal sebesar Rp100 per saham. Saham tersebut mewakili 10% saham yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Harga yang ditawarkan adalah sebesar Rp170 hingga Rp190 per saham. Alhasil dana segar yang berpotensi diraup CDIA adalah maksimal sebesar Rp2,37 triliun.
Dana yang diperoleh dari IPO di antaranya sekitar Rp871,76 miliar akan dialokasikan untuk mendukung ekspansi bisnis logistik, melalui penyertaan modal kepada entitas anak perseroan yang selanjutnya akan digunakan untuk pembelian kapal serta pembiayaan operasional.
Sementara itu, sekitar Rp1,5 triliun akan dialokasikan untuk investasi berupa pengembangan sektor kepelabuhanan dan penyimpanan, khususnya untuk pembangunan fasilitas tangki penyimpanan, jaringan pipa ethylene serta fasilitas pendukung lainnya di kawasan industri strategis.
"Melalui penawaran umum perdana ini, kami ingin memperkuat posisi sebagai mitra pertumbuhan bagi industri, serta membuka peluang kolaborasi yang mampu mendorong pengembangan jangka panjang dan bernilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan," kata Presiden Direktur CDI Group Fransiskus Ruly Aryawan dalam keterangan tertulis pada Kamis (19/6/2025).
Baca Juga
Adapun, CDIA merupakan anak usaha dari TPIA yang menjadi bagian dari konglomerasi taipan Prajogo Pangestu. Kabar IPO CDIA memang telah menguat sejak tahun lalu. TPIA memang telah membuka kemungkinan untuk membawa anak usahanya Chandra Daya Investasi melantai di pasar modal selepas konsen perusahaan untuk mendiversifikasi lini bisnis.
Arah diversifikasi bisnis Chandra Asri Group saat ini memang tertuju pada sektor infrastruktur yang digarap oleh CDIA. Manajemen TPIA pun menilai bahwa CDIA mempunyai prospek pasar yang cerah.
Minat Investor
Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus menilai di momen saat ini, IPO menjadi salah satu pilihan yang menarik bagi investor. Namun, investor pun akan menilai dari sisi kualitas calon emiten.
"Untuk IPO sndiri saat ini menjadi pilihan yang menarik terutama emiten yang memiliki afiliasi dengan konglomerasi grup tertentu yang banyak memiliki aksi korporasi," kata Angga kepada Bisnis pada Kamis (19/6/2025).
Apabila daya tarik investor tinggi terhadap calon emiten yang akan menjajal IPO, transaksi di pasar saham pun bisa terdongkrak.
Akan tetapi, menurutnya saat ini transaksi pasar saham lebih dipengaruhi oleh kestabilan geopolitik dan ekonomi secara global.
Sebelumnya, Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan pada tahun ini aksi IPO menghadapi tantangan kondisi ekonomi global.
"Bicara IPO bukan hanya bicara fundamental. Akan tetapi bicara juga momentum," katanya kepada Bisnis.
Adapun, terkait dengan minat investor untuk perusahaan IPO menurutnya masih tinggi. Akan tetapi, menurutnya, investor mempertimbangkan kualitas IPO.
"Investor tentunya berharap perusahaan-perusahaan yang melantai di Bursa itu bisa dikatakan melantai dengan market share yang besar," tutur Nicodemus.
Sementara itu, Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati mengatakan mestinya aksi IPO tahun ini bisa lebih ramai dibandingkan tahun sebelumnya. Sebab, tahun politik telah usai dan ada dorongan ekspansi pasar.
Pada tahun ini, Ike menilai minat investor terhadap perusahaan IPO pun masih tinggi. Investor akan siap menyambut perusahaan-perusahaan yang melantai di Bursa. Saat ini, menurutnya pasar IPO tidak hanya diminati oleh investor institusional, tapi kian semarak oleh kehadiran investor ritel.
Ike mengatakan investor sudah mulai melek terhadap prospek saham IPO. Meskipun, saham emiten IPO volatile, namun tetap menarik bagi pasar.
"Memang menarik, akan tetapi high-risk, high-return. Kalau kita lihat, walaupun memang setelah 8 bulan IPO, itu biasanya harga saham yang baru banget, biasanya turun. Namun, pada saat mereka masuk di harga penawaran pertama kali, kemudian listing dan ada kenaikan per 3 hari itu sudah lumayan. Hal inilah yang menjadi euforia di pelaku pasar," ujar Ike.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.