Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siasat Emiten Otomotif DRMA, AUTO Cs Jaga Kinerja saat Pasar Lesu

Emiten komponen otomotif seperti DRMA, AUTO, dan SMSM merancang berbagai strategi untuk menjaga kinerja di tengah lesunya pasar mobil nasional sejak awal tahun.
Fahmi Ahmad Burhan, Rizqi Rajendra
Kamis, 19 Juni 2025 | 06:00
Pengunjung mengamati mobil dalam pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/2/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengunjung mengamati mobil dalam pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/2/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Prospek Saham

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai emiten komponen otomotif seperti DRMA dan AUTO perlu menyiapkan berbagai strategi untuk mengantisipasi masih lesunya pasar otomotif Tanah Air.

"Emiten komponen otomotif misalnya sudah seharusnya terus berekspansi merambah pasar EV [kendaraan listrik/electric vehicle]," kata Nafan.

Peluang datang dari pasar kendaraan listrik, sebab terdapat berbagai insentif yang disiapkan pemerintah pada tahun ini. Pasar penjualan kendaraan listrik pun masih bertumbuh saat industri otomotif lesu.

Mengacu pada data Gaikindo, penjualan mobil battery electric vehicle (BEV) pada Maret 2025 tembus 8.835 unit. Angka itu melesat 70,46% secara bulanan dibandingkan Februari 2025 sebanyak 5.183 unit. Sepanjang periode Januari–Maret 2025, penjualan mobil listrik murni tercatat sebanyak 16.535 unit.

Selain menyasar pasar EV, Nafan menjelaskan bahwa dengan ragam tantangan yang dihadapi, emiten komponen otomotif bisa memanfaatkan strategi diversifikasi dan ekspor.

"Diversifikasi akan berpengaruh besar ke kinerja top-line. Ekspor juga bisa, karena ekosistem kendaraan di Tanah Air sedang lesu," tuturnya.

Analis Samuel Sekuritas Jason Sebastian mengatakan pertumbuhan penjualan industri otomotif akan tetap terbatas tahun ini. Samuel Sekuritas memperkirakan penjualan mobil pada 2025 akan turun 4%–5%, tertekan oleh daya beli yang lemah dan lingkungan suku bunga yang tinggi.

"Penurunan pasar ini akan membebani pertumbuhan DRMA," tulis Jason dalam risetnya beberapa waktu lalu.

Selain itu, DRMA tertekan oleh biaya yang lebih tinggi akibat depresiasi nilai tukar rupiah yang juga akan semakin menekan margin.

Menilik kinerja keuangannya, DRMA mencatat laba bersih Rp142,71 miliar pada kuartal I/2025, naik 6,97% dibandingkan periode sama tahun lalu. Penjualan bersih tercatat Rp1,46 triliun, dengan porsi dominan berasal dari segmen kendaraan roda dua sebesar Rp926,5 miliar, atau 63% dari total pendapatan.

DRMA juga dinilai tetap memiliki peluang pengembangan bisnis dari diversifikasi ke segmen terkait kendaraan listrik dan area non-otomotif.

"Kami juga masih mendukung DRMA karena menjadi pemimpin pasar suku cadang mobil dan diversifikasi ke segmen non-otomotif," kata Jason dalam risetnya.

__________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper