Bisnis.com, JAKARTA — Harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) terbang tinggi hampir 100% dalam sebulan perdagangan terakhir seiring dengan kabar suntikan dana dari sovereign wealth fund Indonesia, Danantara.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham GIAA menguat 2,82% ke level Rp73 per lembar pada perdagangan hari ini, Rabu (11/6/2025). Pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa (10/6/2025), harga saham GIAA naik lebih tinggi lagi 9,23%.
Dalam sebulan terakhir, harga saham GIAA telah terbang 97,3%. Sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), saham GIAA bertenger di zona hijau dengan penguatan 32,73%.
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Indri Liftiany Travelin Yunus mengatakan pergerakan saham GIAA selama sebulan terakhir melonjak hampir 100% didorong oleh optimisme suntikan dana segar dari Danantara.
"Kenaikan harga saham ini didorong oleh isu yang tersebar yakni adanya potensi suntikan dana dari Danantara untuk GIAA senilai US$500 juta," ujar Indri kepada Bisnis pada Rabu (11/6/2025).
Diberitakan sebelumnya, GIAA dikabarkan sedang dalam pembicaraan dengan Danantara mengenai suntikan dana sekitar US$500 juta. Menurut sumber Bloomberg, kesepakatan dapat tercapai secepatnya pada bulan Juni atau Juli dan akan menjadi bagian dari tahap awal pendanaan yang mungkin dilakukan dalam dua bagian untuk membantu GIAA memperbaiki kondisi keuangannya.
Baca Juga
Sebagian dana tersebut direncanakan akan dialokasikan ke maskapai berbiaya rendah milik Garud yaitu Citilink, untuk mengoperasikan kembali lebih dari selusin pesawatnya, menurut sumber tersebut.
Pemerintah Indonesia juga mempertimbangkan untuk memindahkan kendali atas Citilink ke PT Pertamina, tambah mereka, sembari mengatakan pembicaraan masih berlangsung dan belum ada keputusan final.
Indri menilai suntikan dana dari Danantara kepada GIAA akan membantu GIAA membalikkan kondisi bisnis dan keuangannya sebab tercatat hingga Desember 2024 lalu, GIAA masih memiliki utang sekitar US$1,4 miliar.
Di sisi lain, menurut Indri, meskipun dalam kondisi merugi GIAA tetap menjaga komitmennya dalam memberikan pelayanan penerbangan dengan sangat baik. Tercatat, GIAA berhasil memberangkatkan 91 ribu jamaah haji dengan on time performance sebesar 96,4% dan menjadi capaian on time performance tertinggi operasional penerbangan haji selama tiga tahun berturut-turut.
"GIAA memiliki peluang besar untuk dapat bangkit dari kertepurukannya, mengingat Presiden RI Prabowo Subianto juga gencar memberikan stimulus berupa penurunan harga tiket pesawat sehingga traffic perjalanan udara berpotensi meningkat dan berdampak positif bagi GIAA," ujar Indri.
Namun, GIAA juga tetap dihadapkan dengan tantangan, yakni harga bahan bakar yang berpotensi meningkat. Hal ini mengingat harga komoditas minyak saat ini sudah kembali bergerak normal karena supply minyak masih cukup terjaga.
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Abdul Azis Setyo W. juga mengamini rencana suntikan Danantara memang menjadi katalis pendorong pergerakan saham GIAA.
Di sisi lain, saat ini kondisi GIAA sudah menunjukan adanya perbaikan kinerja. GIAA sendiri masih membukukan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$76,48 juta per kuartal I/2025. Namun, kerugian maskapai penerbangan pelat merah ini menyusut dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$87,03 juta.
Penyusutan kerugian GIAA didorong oleh kinerja pendapatan usaha yang naik 1,62% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$723,56 juta pada kuartal I/2025, dibandingkan US$711,98 juta pada kuartal I/2024.
"Hal ini [penurunan kerugian] menandakan memang ada perbaikan secara fundamental sektoral mengingat mobilitas yang meningkat dengan banyaknya hari besar dan cuti bersama," kata Azis kepada Bisnis pada Rabu (11/6/2025).
Sementara, Azis menilai masih terdapat tantangan bagi GIAA yakni daya beli yang lemah. Meskipun, saat ini pemerintah sudah merilis diskon pajak pertambahan nilai (PPN) pada tiket pesawat.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.