Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Melemah, Saham Semikonduktor Terseret Isu Larangan Ekspor ke China

Bursa AS melemah usai rilis risalah rapat The Fed dan anjloknya saham produsen chipset menyusul kabar pembatasan ekspor perangkat lunak ke China.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup di zona merah pada Rabu (28/5/2025), di tengah kehati-hatian investor menyikapi risalah rapat Federal Reserve serta pelemahan tajam saham-saham perancang chip semikonduktor menyusul kabar pembatasan ekspor perangkat lunak ke China.

Melansir Reuters pada Kamis (29/5), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,58% ke 42.098,70, sedangkan indeks S&P 500 turun 0,56% ke 5.888,55 dan Nasdaq terkoreksi 0,51% ke 19.100,94.

Saham Nvidia sempat naik 5% dalam perdagangan setelah jam pasar reguler, didorong laporan penjualan kuartalan yang melampaui ekspektasi analis. Namun, proyeksi pendapatan kuartal II/2025 yang di bawah perkiraan membuat investor tetap waspada. Saham raksasa chip semikonduktor ini sebelumnya ditutup turun 0,5% di sesi reguler.

Sentimen negatif turut diperparah oleh laporan Financial Times yang menyebut bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump memerintahkan perusahaan-perusahaan teknologi AS, termasuk penyedia software desain chip seperti Cadence Design Systems dan Synopsys, untuk menghentikan layanan mereka kepada entitas asal China. Saham Cadence anjlok hingga 10,7%.

Sementara itu, risalah rapat FOMC The Fed pada 6–7 Mei menegaskan risiko inflasi dan pengangguran yang mungkin melonjak bersamaan dalam beberapa bulan ke depan.

Kepala ekonom pasar Spartan Capital Securities  Peter Cardillo mengatakan dokumen risalah pertemuan FOMC tersebut tidak mengungkapkan hal baru.

”Risalah tersebut hanya menunjukkan bahwa The Fed masih memilih menunggu kejelasan arah kebijakan perdagangan global,” jelasnya.

Pada perdagangan Selasa, pasar sempat reli tajam setelah Trump mencabut ancaman penerapan tarif 50% atas produk impor dari Uni Eropa.

Sejumlah teknologi lainnya turut menguat setelah penutupan, seperti Broadcom yang naik 3,2% dan AMD yang menguat 1,5%.

Meski S&P 500 masih mencatat kenaikan tipis 0,1% sepanjang tahun ini, indeks tersebut belum pulih ke level rekor yang dicapai pada 19 Februari dan sempat terpuruk hingga 18,9% akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan di periode kedua pemerintahan Trump.

Survei analis dan strategis yang dihimpun Reuters menunjukkan sebagian besar pelaku pasar memperkirakan indeks akan berakhir tahun ini di sekitar level saat ini.

Di Wall Street, jumlah saham yang melemah melampaui saham menguat dengan rasio 2,79:1, sedangkan di Nasdaq rasio tersebut tercatat 2,04:1. Volume transaksi di bursa AS mencapai 15,6 miliar lembar, lebih rendah dibanding rata-rata harian 20 hari terakhir yang mencapai 17,7 miliar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper