Berdasarkan Laporan Keuangan, ASII mencatatkan laba bersih sebesar Rp6,93 triliun per kuartal I/2025, menyusut 7,12% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,46 triliun pada kuartal I/2024.
Kinerja bisnis otomotif ASII pada awal tahun ini masih lesu. Penjualan mobil Astra pada April 2025 mencapai 26.976 unit, memang naik 0,25% yoy dibandingkan April 2024 sebesar 26.908 unit. Namun, penjualan mobil ASII turun 28,51% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau Maret 2025 sebesar 37.735 unit.
Sepanjang empat bulan pertama tahun ini, penjualan mobil Astra mencapai 137.788 unit, turun 5,95% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu 146.510 unit.
"Headwind terjadi di saham ASII. Sentimennya berupa penurunan kinerja penjualan kendaraan khususnya. Wajar, karena suku bunga relatif tinggi," ujar Nafan kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
Alhasil, menurutnya ke depan saham ASII berharap akan penurunan suku bunga acuan yang dinilai bisa mendorong permintaan kredit kendaraan.
"Adanya optimisme Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan yang mendorong penjualan kendaraan. Dengan begitu terjadi recovery progresif yang memengaruhi kinerja fundamental ASII," ujar Nafan.
Analis Maybank Sekuritas Paulina Margareta juga menilai prospek saham ASII dalam jangka pendek sebenarnya akan didorong valuasi dan momentum tebaran dividen yang menarik. Ke depannya, saham ASII juga masih prospektif terdorong oleh portofolio yang terdiversifikasi, terutama di tengah depresiasi rupiah.
"Namun, data otomotif secara keseluruhan lesu dan ada kekhawatiran pangsa pasar ASII dapat membebani harga saham dalam waktu dekat, meskipun valuasi dan imbal hasil yang terpukul seharusnya memberikan penyangga," tulis Paulina dalam riset.
Berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis terbaru menunjukan bahwa sebanyak 24 sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk ASII. Kemudian, delapan sekuritas menyematkan rekomendasi hold. Target harga saham ASII sendiri berada di level Rp5656,96 per lembar dalam 12 bulan ke depan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.