Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Loyo Imbas Kekhawatiran Baru soal Tarif Trump

Indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya ditutup melemah 0,25% ke level 99,78.
Pegawai menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu gerai penukaran uang di Jakarta, Selasa (8/4/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu gerai penukaran uang di Jakarta, Selasa (8/4/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat kembali tertekan pada perdagangan Senin (5/5/2025) seiring ketidakpastian yang terus membayangi dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump dan dampaknya terhadap perekonomian global.

Indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya ditutup melemah 0,25% ke level 99,78.

Dolar AS juga mencetak rekor terendah baru terhadap dolar Taiwan di level 28,8150, di tengah spekulasi bahwa Taiwan tengah membiarkan mata uangnya menguat, baik sebagai bagian dari negosiasi dagang dengan AS maupun karena enggan melakukan intervensi di tengah derasnya arus modal asing.

Mata uang Asia-Pasifik lainnya juga bergerak menguat, termasuk dolar Australia yang mencapai US$0,64935, level tertinggi sejak Desember 2024.

Dolar AS juga turun 0,73% terhadap yen Jepang menjadi 143,885, dan melemah 0,50% terhadap franc Swiss ke posisi 0,82255.

Kepala Strategi Pasar Bannockburn Global Forex Marc Chandler mengatakan pelemahan dolar di Asia dipicu aksi likuidasi dari investor besar seperti perusahaan asuransi jiwa Taiwan yang tak melindungi posisinya, menyusul spekulasi akan pengumuman tarif baru terhadap semikonduktor dari AS secepatnya pada Rabu mendatang.

"Pasar khawatir AS akan menargetkan tarif baru pada sektor semikonduktor dan menggunakan penguatan mata uang sebagai alat dalam negosiasi dagang bilateral di Asia Timur," ujar Chandler seperti dikutip Reuters, Selasa (6/5/2025).

Dalam wawancara pekan lalu, Trump kembali menggandakan dukungan pada kebijakan tarif, menyebut bahwa pajak impor akan membuat warga AS lebih sejahtera. Trump juga mengumumkan tarif 100% terhadap film asing, yang mempertegas sikap proteksionis pemerintahannya.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent membela kebijakan tersebut dengan menyebut bahwa langkah itu sejalan dengan agenda ekonomi yang lebih luas termasuk pemangkasan pajak dan pertumbuhan jangka panjang.

Trump menyatakan tidak berniat mencopot Ketua Federal Reserve Jerome Powell, namun tetap mendesak pemangkasan suku bunga dan menyebut Powell sebagai sosok "kaku". The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga pada pertemuan Rabu ini, setelah data ketenagakerjaan Maret menunjukkan pertumbuhan yang kuat.

Juan Perez, Direktur Perdagangan di Monex USA, mengatakan bahwa dolar AS saat ini sangat terpengaruh oleh kondisi pasar yang penuh ketidakpastian.

"Kita kembali berada dalam suasana pasar yang muram, dengan kepercayaan terhadap stabilitas pasar AS mulai memudar, terlihat jelas dari pergerakan imbal hasil obligasi negara," ujarnya.

Probabilitas penurunan suku bunga The Fed pada Juni kini hanya tersisa 37%, turun tajam dari 64% sebulan lalu. Baik Goldman Sachs maupun Barclays telah memundurkan proyeksi pemangkasan suku bunga menjadi Juli.

Dolar sempat memangkas pelemahannya terhadap yen usai data dari Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan sektor jasa AS tumbuh lebih baik dari perkiraan pada April—sektor ini menyumbang dua pertiga dari ekonomi AS.

Meski pasar onshore China libur, yuan di pasar offshore menyentuh level tertinggi dalam hampir enam bulan di 7,1831 per dolar, karena pasar berspekulasi bahwa Beijing membiarkan penguatan yuan sebagai bagian dari pembicaraan dagang dengan Washington. Yuan terakhir tercatat naik 0,12% ke 7,2014 per dolar.

Di Eropa, euro menguat 0,15% menjadi $1,131600 dan poundsterling naik 0,21% ke $1,32950.

Bank of England dijadwalkan menggelar rapat kebijakan Kamis ini dan diperkirakan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin ke level 4,25%. Bank sentral Norwegia dan Swedia juga akan menggelar pertemuan minggu ini dan diproyeksi mempertahankan suku bunga di level saat ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper