Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BISI Cetak Laba Rp178,5 Miliar pada 2024, Melorot 70,03%

Emiten benih BISI International telah mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas pemilik sebesar Rp178,5 miliar pada 2024.
Warga mengakses data saham menggunakan perangkat komputer jinjing dan telepon pintar di Jakarta, Minggu (2/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses data saham menggunakan perangkat komputer jinjing dan telepon pintar di Jakarta, Minggu (2/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten benih PT BISI International Tbk. (BISI) telah mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas pemilik sebesar Rp178,5 miliar pada 2024, susut 70,03% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba tahun sebelumnya Rp595,62 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan, penurunan laba terjadi seiring dengan penjualan yang turun 40,47% yoy menjadi Rp1,36 triliun pada 2024, dibandingkan Rp2,29 triliun pada 2023.

Kontributor penjualan terbesar BISI berasal dari segmen usaha pestisida dan pupuk yakni Rp735,31 miliar. Kemudian, penjualan benih jagung Rp319,91 miliar.

Penjualan benih sayuran dan pestisida buah-buahan BISI mencapai Rp300,76 miliar pada 2024. Selain itu, benih padi menyumbang penjualan sebesar Rp14,65 miliar pada 2024.

Adapun, BISI mencatatkan beban pokok penjualan sebesar Rp742,93 miliar pada 2024. Dengan begitu, laba kotor BISI mencapai Rp624,98 miliar pada 2024, susut dibandingkan laba kotor 2023 sebesar Rp1,16 triliun. 

BISI mencatatkan aset sebesar Rp3,63 triliun pada 2024, turun 6,85% yoy. Sementara, liabilitas BISI susut 46,37% yoy menjadi Rp244,07 miliar.

Ekuitas BISI pada 2024 mencapai Rp3,39 triliun, turun 1,63% yoy. Tercatat, kas dan setara kas akhir tahun BISI mencapai Rp567,67 miliar, turun 45,53% yoy.

Dalam laporan tahunannya, Manajemen BISI menjelaskan bahwa pada 2024 dunia terus mengalami ketidakpastian dan tantangan.

Konflik geopolitik secara signifikan memengaruhi perdagangan dan stabilitas ekonomi. Pada saat yang sama, inflasi tinggi yang terus-menerus di banyak negara menyebabkan kenaikan biaya barang dan jasa, sehingga menghambat belanja konsumen dan investasi.

Selain itu, masalah gangguan rantai pasokan yang berkelanjutan, terus memengaruhi produksi dan distribusi.

"Sebagai produsen benih hibrida yang digunakan oleh petani Indonesia, perseroan sangat bergantung pada kondisi pertanian yang baik. Sayangnya, kondisi cuaca yang kurang baik pada tahun sebelumnya masih berlanjut hingga 2024, sehingga mengakibatkan rendahnya permintaan benih jagung," tulis Manajemen BISI di laporan tahunan dikutip pada Selasa (29/4/2025).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper