Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Perkasa, Rupiah Dibuka Melemah ke Level Rp16.857

nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah ke Rp16.857 pada Senin (28/4/2025). Pelemahan tersebut terjadi di tengah posisi greenback yang menguat.
Karyawan menghitung uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan menghitung uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke posisi Rp16.857 pada Senin (28/4/2025). Pelemahan tersebut terjadi di tengah posisi greenback yang menguat.

Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka melemah 27,50 poin atau 0,16% ke level Rp16.857 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS menguat sebesar 0,25% menuju posisi 99,72.

Sementara itu, mata uang lain di Asia mayoritas juga melemah. Yen Jepang mencatat pelemahan sebesar 0,06% bersama yuan China 0,15%. Sementara itu, rupee India dan ringgit Malaysia juga melemah masing-masing 0,21% dan 0,08%.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan bahwa hari ini rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup menguat di kisaran Rp16.780 hingga Rp16.830.

Menurutnya, sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah pekan ini adalah sinyal pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI), dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah, prospek inflasi, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.

Saat ini, BI terus memperkuat strategi stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental, terutama melalui intervensi transaksi non-deliverable forward (NDF) di pasar luar negeri serta transaksi spot dan domestik NDF di pasar dalam negeri.

Dia menuturkan kebijakan ini memberikan hasil positif, tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah yang tetap terkendali, stabil, dan cenderung menguat.

“BI optimistis bahwa stabilitas eksternal ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi gejolak global, terutama pasca kebijakan tarif Amerika Serikat [AS],” kata Ibrahim dalam riset, Jumat (25/4/2025).

Lebih lanjut, defisit transaksi berjalan juga diperkirakan tetap rendah atau hanya sebesar 0,5–1,3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, defisit diyakini dapat tertutupi oleh surplus transaksi modal dan finansial yang bersumber dari arus masuk investasi portofolio, penanaman modal asing, dan aliran dana asing lainnya.

Stabilitas eksternal turut diperkuat oleh cadangan devisa Indonesia yang tetap tinggi. Sampai akhir Maret 2025, cadangan devisa tercatat sebesar US$157,1 miliar, setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor ditambah pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah tersebut jauh melebihi standar kecukupan internasional yang umumnya hanya setara tiga bulan impor.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper