Bisnis.com, JAKARTA — Laju positif kinerja saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) berhasil mendorong Indeks BUMN 20 menjadi salah satu indeks unggulan dengan koreksi paling minim sepanjang tahun berjalan 2025.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks BUMN parkir di level 343,62 hingga akhir perdagangan Jumat (25/4/2025). Posisi tersebut hanya mencerminkan penurunan sebesar 2,76% sejak awal tahun alias year to date (YtD).
Koreksi itu menjadi yang terkecil jika dikomparasikan dengan indeks unggulan lainnya, seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 5,66%, LQ45 ambles 9,28%, IDX30 minus 7,97%, dan IDX80 melemah 9,10% pada periode yang sama.
Merujuk data Bloomberg Terminal, saham ANTM tercatat menjadi penggerak utama IDX BUMN 20 berkat kenaikan harga sahamnya yang mencapai 40,33% YtD ke level Rp2.140. Selama sepekan, saham emiten tambang ini juga tumbuh 10,03%.
Analis Panin Sekuritas Andhika Audrey bahkan mengerek target saham ANTM dari sebelumnya Rp1.700 menjadi Rp2.300 per saham dengan rekomendasi beli.
Menurutnya, kenaikan target ini sejalan dengan sejumlah faktor positif, seperti tembusnya harga emas yang mencapai level all-time high US$3.300 per ons, serta langkah agresif Bank Sentral China (PBoC) dalam memborong emas batangan.
Baca Juga
“Kami melihat adanya pertumbuhan pada bisnis ANTM, khususnya dalam segmen emas, seiring tingginya minat safe-haven di tengah gejolak pasar akibat perang dagang AS-China,” ujar Andhika dalam riset terbaru, dikutip Minggu (27/4/2025).
Sepanjang 2024, ANTM mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp3,64 triliun. Raihan ini naik 18,5% secara tahunan (YoY) atau dibandingkan dengan laba bersih 2023 yang sebesar Rp3,07 triliun.
Pertumbuhan laba bersih didorong oleh kinerja penjualan yang melonjak 68,56% YoY menjadi Rp69,19 triliun, dibandingkan Rp41,04 triliun tahun sebelumnya. Penjualan ini mencatatkan angka tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.
Pada 2025, Andhika menyatakan bahwa manajemen ANTM akan fokus pada strategi hilirisasi dan penguatan rantai pasok domestik. Langkah tersebut diproyeksikan memiliki dampak positif terhadap margin perseroan ke depan.
Perseroan juga menargetkan penjualan emas mencapai sekitar 40 ton pada tahun ini, dengan lebih dari 30 ton akan dipasok dari PT Freeport Indonesia (PTFI).
ANTM, lanjut Andhika, juga berencana untuk mengembangkan proyek fasilitas minting baru di Gresik, dengan kapasitas sekitar 30 ton per tahun dan investasi sebesar US$11 juta untuk mendukung ekspansi ritel.
Di segmen nikel, ANTM menargetkan produksi bijih nikel sebesar 11–13 juta wmt dan feronikel 15.300 TNi dengan biaya tunai tetap berada di bawah US$12.000 per ton.
“Capex [capital expenditure] ANTM untuk tahun ini sebesar Rp7 triliun, didukung leverage hingga US$500 juta. Strategi tersebut memperkuat daya saing jangka menengah dalam transisi komoditas strategis,” kata Andhika.
Dalam pemberitaan Bisnis.com sebelumnya, Tim Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer memandang bahwa tren saham emiten emas masih berpeluang melanjutkan penguatan dalam jangka pendek hingga menengah.
Proyeksi itu seiring dengan harga emas yang telah menyentuh area all-time high (ATH) karena dipicu ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, ketegangan geopolitik di sejumlah kawasan, hingga kekhawatiran terhadap dampak perang tarif.
“Situasi ini mendorong peningkatan permintaan terhadap aset safe haven. Emiten logam mulia akan diuntungkan dari sisi harga jual rata-rata dan perbaikan margin laba, terutama bagi produsen dengan volume produksi tinggi,” ujarnya.
Menurutnya, saham ANTM menjadi salah satu pilihan utama dalam memanfaatkan tren kenaikan harga emas global. Dengan portofolio yang terkonsentrasi, kinerja perseroan dinilai sangat sensitif terhadap pergerakan harga komoditas tersebut.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.