Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan investasi global UBS Group mengerek naik peringkat pasar saham Indonesia menjadi overweight karena valuasi saham Indonesia dinilai telah masuk ke tingkat yang rendah.
Dilansir dari Bloomberg, UBS menaikkan peringkat saham India dari underweight ke neutral karena fokus domestik dan ketahanan laba.
Strategist UBS Sunil Tirumalai dalam sebuah catatannya menilai meskipun valuasi saham India masih terlihat mahal dibandingkan dengan kinerja fundamental, tetapi saham India terlihat defensif di tengah ketidakpastian perdagangan global. Sebab, ekonomi India berfokus pada domestik dan diuntungkan oleh harga minyak mentah yang lebih rendah.
Investor global juga memfokuskan diri pada aset-aset India sebagai tempat berlindung yang relatif aman di tengah gejolak perang tarif Presiden AS Donald Trump.
Tolok ukurnya, saham lokal India dengan cepat menutup kerugian sejak pengumuman kebijakan tarif AS pada tanggal 2 April 2025.
Ditambah, terdapat kemauan bank-bank India untuk memangkas suku bunga simpanan, meskipun pertumbuhan simpanan lemah.
Adapun, UBS belum memberikan peringkat overweight kepada India karena fundamental saham India masih lemah dan arah kebijakan belum jelas. UBS juga tetap lebih memilih China dibanding India terkait risiko dan imbal hasil.
Sementara itu, UBS menurunkan peringkat saham-saham Hong Kong menjadi netral dari overweight. Alasannya, risiko tarif AS dapat meredam sentimen mengingat ketergantungan perdagangan pasar yang relatif tinggi dan paparan indeks terhadap pendapatan AS.
UBS juga menaikkan peringkat pasar saham Indonesia dari netral menjadi overweight.
"Indonesia dinaikkan ke overweight berkat valuasi rendah dan dukungan domestik yang defensif pasca Covid-19," demikian dikutip dari Bloomberg pada Kamis (24/4/2025).
Adapun, pasar saham Indonesia sendiri saat ini masih lesu. Pada perdagangan kemarin, Rabu (23/4/2025), indeks harga saham gabungan (IHSG) memang membukukan kenaikan sebesar 1,47% atau 96,11 poin menuju posisi 6.634,37.
Namun, IHSG telah melorot 6,29% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Pasar saham Indonesia juga telah kehilangan dana asing dengan deras. Tercatat, nilai jual bersih atau net sell asing di pasar saham Indonesia mencapai Rp50,36 triliun sepanjang 2025.