Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham perbankan ditutup menguat usai Bank Indonesia menahan suku bunga alias BI Rate di level 5,75% pada Rabu (23/4/2025). Indeks sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia pun menguat 1,71%.
Melansir pergerakan saham di RTI, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menguat 3,81% atau 180 poin ke level Rp4.900. Lalu saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) naik 3,49% atau 140 poin ke level Rp4.150.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) terpantau terkerek 3,58% atau 130 poin ke level Rp3.760. Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) naik 2,57% atau 70 poin ke level Rp2.790, serta PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. naik 4,66% ke Rp1.010.
Saham-saham bank swasta turut mendapat angin positif, seperti misalnya saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang menguat 2,65% atau 225 poin ke Rp8.725. PT Bank Jago Tbk (ARTO) menguat 7,2% atau 125 poin ke 1.860 per saham.
Saham PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) menguat 1,64% atau 30 poin ke Rp1.855 per saham. Saham PT Bank OCBC Tbk (NISP) naik 0,39% atau 5 poin ke level Rp1.285 per saham.
Adapun, Bank Indonesia memutuskan tahan suku bunga acuan alias BI Rate di level 5,75% berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 22—23 April 2025.
Baca Juga
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 22 dan 23 April 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (23/4/2025).
Dalam pengumuman suku bunga BI hari ini, bank sentral juga menetapkan suku bunga Deposit Facility di 5,00% dan suku bunga Lending Facility tetap 6,50%. Perry mengatakan keputusan suku bunga ini konsisten dengan upaya menjaga agar perkiraan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%.
"Mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental, di tengah makin meningkatnya ketidakpastian global, serta untuk turut mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Perry.
Perry juga menjelaskan bahwa ke depannya, BI akan terus mencermati ruang penurunan BI Rate lebih lanjut, dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah, prospek inflasi, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.