Bisnis.com, JAKARTA — Pasar obligasi Indonesia dinilai masih cukup menarik di tengah ketidakpastian pasar global saat ini.
Kepala Divisi Riset Pefindo Suhindarto mengatakan investor kemungkinan masih akan memburu obligasi pemerintah untuk mengamankan portofolio.
Obligasi masih menjadi investasi yang relatif lebih aman untuk saat ini dibandingkan dengan instrumen lainnya seperti saham.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa bagi asing, peringkat sovereign Indonesia juga akan menjadi kunci untuk saat ini.
"Dengan peringkat yang masih dipertahankan pada investment grade dengan outlook stabil, pasar domestik masih akan menjadi magnet bagi modal asing," katanya kepada Bisnis, Jumat (11/4/2025).
Di sisi lain, dia melihat langkah efisiensi dan stabilisasi pemerintah menjadi katalis lainnya. Apabila langkah tersebut berjalan efektif, maka itu akan meningkatkan kepercayaan investor dan akan berdampak positif bagi pasar obligasi pemerintah.
Baca Juga
"Langkah-langkah tersebut juga perlu diimbangi dengan komunikasi publik yang jelas dan lugas. Di tengah ketidakpastian yang tinggi seperti saat ini, memandu dan memenangkan pasar melalui komunikasi publik yang baik terkait apa saja hal yang akan dilakukan pemerintah menjadi krusial bagi investor," ucapnya.
Kemudian, dia menjelaskan karena saham lebih rentan terhadap kebijakan tarif Trump, maka investor kemungkinan belum bersedia untuk mengambil lebih banyak risiko untuk mendapatkan return lebih tinggi di pasar saham.
Menurutnya, investor kemungkinan akan memberikan bobot yang lebih tinggi pada obligasi pemerintah sampai titik terendah pasar saham terlihat lebih jelas.
Sejumlah tantangan juga membayangi pasar obligasi Indonesia. Dia menjelaskan bahwa dari eksternal terjadi ketidakpastian seputar perang dagang yang akan mendorong investor di pasar keuangan global menjadi lebih cenderung risk off.
Dia menjelaskan bahwa kebijakan Trump yang tidak dapat diprediksi, akan menambah ketidakpastian bagi ekonomi dan pasar keuangan global, termasuk terkait langkah pasca-penundaan tarif berakhir.
Sementara itu, tantangan pasar obligasi Indonesia juga datang dari internal, yakni terkait dengan defisit anggaran.
"Defisit anggaran, karena apabila lebih tinggi, maka pasar obligasi pemerintah kemungkinan akan menghadapi lebih banyak pasokan, mengakibatkan harga turun (yield naik)," ujarnya.
Selain itu, menurutnya langkah stabilisasi rupiah melalui intervensi pasar dan kebijakan ekonomi seperti kewajiban menyimpan devisa hasil ekspor, perlu dipastikan efektivitasnya. Menurutnya diperlukan langkah nyata untuk menghindari kepanikan pasar.