Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harap-Harap Cemas IHSG, Alarm Trading Halt di 'Selasa Kelabu'?

IHSG diproyeksikan tertekan oleh sejumlah sentimen negatif pada perdagangan usai libur Lebaran, esok hari, Selasa (8/4/2025).
Investor mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Selasa (18/3/2025). IHSG terjun bebas pada Selasa (18/3/2025) dan membuat BEI melakukan pembekuan perdagangan sementara atau trading halt. Trading halt ini merupakan trading halt pertama yang dilakukan BEI sejak 2020./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Investor mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Selasa (18/3/2025). IHSG terjun bebas pada Selasa (18/3/2025) dan membuat BEI melakukan pembekuan perdagangan sementara atau trading halt. Trading halt ini merupakan trading halt pertama yang dilakukan BEI sejak 2020./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksikan akan tertekan oleh sejumlah sentimen negatif pada perdagangan usai libur Lebaran, Selasa (8/4/2025). Salah satu sentimen negatif yang menyertai adalah kebijakan tarif impor AS yang telah diresmikan Presiden Donald Trump.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai tekanan ke IHSG akan terjadi pada esok hari seiring dengan dibukanya kembali perdagangan saham pasca libur Lebaran. 

"Tekanan karena tarif Trump sangat besar dan juga jadi penyebab anjloknya bursa saham di global beberapa hari kemarin," ujar Felix, Senin (7/4/2025).

Sebagaimana diketahui, tarif impor AS telah resmi diumumkan oleh Trump pada Rabu pekan lalu (2/4/2025), waktu setempat. Seluruh negara diganjar tarif impor 10%, sedangkan beberapa negara turut dikenakan tarif resiprokal (reciprocal tariffs) lebih tinggi berdasarkan hambatan perdagangan dengan AS.

Seiring dengan kebijakan Trump itu, indeks saham di sejumlah negara kemudian jeblok. CCMP Index di NASDAQ misalnya ambruk 11,44% sejak Trump mengumumkan tarif impor pada Rabu pekan lalu (2/4/2025) sampai pada Jumat pekan lalu (4/4/2025). SPX Index di S&P 500 jug melorot 10,53% dan DJI Index di Dow Jones jeblok 9,26%.

Lalu, CAC Index di Bursa Prancis melorot 7,43%, DAX Index di Bursa Jerman melorot 7,81%, dan IBEX Index di Bursa Spanyol ambrol 6,95%.

Adapun, pasar saham Indonesia masih belum beroperasi dikarenakan bertepatan dengan momen libur Lebaran. Sebelum libur Lebaran, pada perdagangan terakhirnya, Kamis (27/3/2025) IHSG mengalami penguatan 0,59% ke level 6.510,62. Namun, IHSG masih di zona merah atau melemah 8,04% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).

IHSG kemudian akan memulai perjalanannya kembali setelah BEI membuka perdagangan saham pada besok (8/4/2025).

Felix mengatakan selain kebijakan Trump, lemahnya nilai tukar rupiah yang hampir menyentuh level Rp17.000 per dolar AS juga menjadi katalis negatif.

"Investor pada Selasa pagi mungkin akan bereaksi negatif karena mem-price-in fenomena di global. Investor juga perlu wait and see terlebih dahulu atas bagaimana langkah pemerintah Indonesia menyikapi tarif Trump," ujar Felix.

Apabila kompromi pemerintah Indonesia atas tarif AS berhasil, peluang membalikan sentimen menjadi positif terbuka.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga mengatakan pergerakan IHSG pada perdagangan esok hari selepas libur Lebaran diproyeksikan akan bergerak volatil dipengaruhi oleh faktor global, yakni kebijakan tarif Trump.

"Kebijakan Trump menyebabkan volatilitas pasar saham kencang, berdampak juga ke IHSG," ujar Nafan.

Terlepas demikian, pergerakan Bursa global patut diamati terlebih dahulu. Apabila sentimen negatif kebijakan Trump masih kuat, tentunya ini juga akan memberikan implikasi peningkatan volatilitas IHSG pada esok hari.

Bahkan, menurutnya wajar apabila pasar akan khawatir kinerja jeblok IHSG esok hari sampai pada kemungkinan adanya trading halt kembali.

Pada bulan lalu sebelum libur Lebaran, IHSG memang sempat ambles 6,12% ke level 6.076,08 dalam sesi I perdagangan Selasa (18/3/2025). Hal itu memicu BEI melakukan pembekuan perdagangan sementara atau trading halt, pertama kalinya sejak 2020.

Selain kebijakan Trump, data ketenagakerjaan di AS pun memberikan dampak positif terhadap penguatan indeks dolar AS. Dengan demikian, nilai tukar rupiah ambruk di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) ke level Rp17.006 per dolar AS.

Adapun, menurut Nafan semua sektor saham akan mengalami pelemahan. "Semua sektor akan volatil. Disarankan ke semua investor mencermati kinerja fundamental, terutama emiten yang menerapkan good corporate governance yang baik, karena langkah itu akan membuat emiten mampu menghadapi tantangan dinamika global yang terjadi," ujar Nafan.

Di sisi lain, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan menilik data yang ada, sejumlah Bursa di Asia yang juga dikenakan tarif impor AS tidak mengalami dampak signifikan. 

Berdasarkan data, sejumlah indeks harga saham di sejumlah Bursa negara-negara Asia memang mengalami pelemahan tipis setelah Trump mengumumkan kebijakan tarif impor. SHCOMP Index di Bursa Shanghai misalnya mengalami pelemahan 0,24% sejak Trump mengumumkan tarif impor pada Rabu (2/4/2025) sampai pada Jumat (4/4/2025).

Kemudian, SZCOMP Index di Bursa Shenzhen melemah 1,1%, HSI Index di Bursa Hong Kong melemah 1,52%, KOSPI Index di Bursa Korea Selatan melemah 1,61%, dan SENSEX Index di Bursa India melemah 1,64%.

"Kalau kita lihat data maka bursa-bursa negara Asia yang dikenakan tarif tinggi tidak mengalami dampak negatif yang signifikan. Akan tetapi, justru bursa negara Eropa dan Amerika yang berdampak signifikan," ujar Jeffrey dalam keterangan tertulis pada Minggu (6/4/2025).

Alhasil, menurut Jeffrey investor sebaiknya tidak perlu panik. "Investor agar tidak panik. Lakukan analisis secara cermat dan mengambil keputusan investasi secara rasional," tutur Jeffrey.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper