Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Lesu ke Level Rp16.865 per Dolar AS usai Libur Lebaran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (8/4/2025) setelah libur Lebaran ke level Rp16.865 per dolar AS.
Karyawan menghitung uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan menghitung uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (8/4/2025) setelah libur Lebaran ke level Rp16.865 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,26% atau 43,5 poin ke level Rp16.865 pada pukul 09.10 WIB. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun 0,21% ke level 103,04.

Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang Asia mengalami pelemahan. Yuan China, misalnya, melemah 0,17%, rupee India melemah 0,71%, dolar Hong Kong melemah 0,04% dan ringgit Malaysia melemah 0,16%.

Adapun, yen Jepang menguat 0,28%, dolar Singapura menguat 0,2%, dolar Taiwan menguat 0,26%, dan won Korea Selatan menguat 0,07%.

Sebelumnya, kontrak rupiah Non-Deliverable Forward (NDF) sempat menyentuh level Rp17.006 per dolar AS pada Jumat (4/4/2025) pukul 20.53 WIB.

Kemarin, rupiah ditutup turun 169 poin atau 1,01% ke level Rp16.821,5 per dolar AS. Rupiah memperkecil penurunan dari kurs Rp16.940 per dolar AS pada Senin (7/4/2025). 

Gonjang ganjing rupiah di pasar NDF atau off shore itu menjadi indikator karena pasar dalam negeri (on shore) tutup selama libur Lebaran 2025 sejak 28 Maret 2025 hingga 7 April 2025. Pasar uang dalam negeri baru akan dibuka pada hari ini, Selasa (8/4/2025). 

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan ambrolnya rupiah terjadi karena banyak data fundamental memengaruhi pelemahan. Rilis data tenaga kerja AS misalnya di luar ekspektasi pasar.

Kemudian, The Fed memberikan testimoni pada Jumat (4/4/2025) bahwa terlalu dini untuk menurunkan suku bunga di tengah kondisi ekonomi yang bermasalah serta inflasi.

Penurunan suku bunga acuan juga akan menunggu dampak dari perang dagang. Kemungkinan penurunan suku bunga acuan The Fed tiga kali sebanyak 75 basis poin pada tahun ini pun semakin sirna. Indeks dolar pun kemudian menguat signifikan. 

Pelemahan rupiah juga tersengat kebijakan tarif impor AS yang sudah diresmikan oleh Presiden Donald Trump.

"Kondisi perang dagang saat ini yang terkena dampak bukan saja China, Eropa, Kanada, dan Meksiko, tapi hampir semua negara," ujar Ibrahim pada beberapa waktu lalu.

Sebagaimana diketahui, tarif impor AS telah resmi diumumkan oleh Trump pada Rabu (2/4/2025), waktu setempat. Seluruh negara diganjar tarif impor 10%, sedangkan beberapa negara turut dikenakan tarif resiprokal (reciprocal tariffs) lebih tinggi berdasarkan hambatan perdagangan dengan AS.

Kemudian, pelemahan rupiah juga terkait dengan geopolitik Timur Tengah dan Eropa yang kembali memanas. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper