Bisnis.com, JAKARTA — Emiten farmasi, PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) membukukan pertumbuhan laba bersih dobel digit pada 2024 didorong oleh pendapatan yang tumbuh positif.
Berdasakan laporan keuangan yang dikutip Minggu (30/3/2025), penjualan neto Kalbe Farma menyentuh Rp32,62 triliun sepanjang 2024. Jumlah itu meningkat 7,15% dari Rp30,45 triliun pada 2023.
Penjualan neto KLBF berasal dari pasar domestik Rp30,82 triliun dan ekspor Rp1,8 triliun. Lebih terperinci, penjualan domestik Kalbe Farma terdiri atas obat resep Rp8,29 triliun produk kesehatan Rp3,58 triliun, nutrisi Rp8,05 triliun, serta distribusi dan logistik Rp10,88 triliun.
Di sisi profitabilitas, Kalbe Farma membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp3,24 triliun pada 2024 dari laba bersih 2023 senilai Rp2,76 triliun. Artinya, laba bersih KLBF naik 17,13% year-on-year (YoY).
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk. Irawati Setiady menilai kinerja perseroan pada 2024 menunjukkan tanda pemulihan yang baik dari sisi volume permintaan, dibarengi dengan perbaikan margin. Menurutnya, berbagai inisiatif strategis berjalan sesuai rencana khususnya untuk membangun ekosistem onkologi, obat biologi, obat generik dan alat kesehatan.
“Di tengah gejolak eksternal dari kondisi finansial dan geopolitik global, kami percaya bahwa perseroan mampu terus tumbuh dan memanfaatkan peluang dalam industri kesehatan Indonesia untuk memperkuat kemandirian kesehatan Indonesia,” kata Irawati dalam keterangan resmi dikutip Minggu (30/3/2025).
Manajemen KLBF menjabarkan bahwa kenaikan laba bersih didorong oleh pertumbuhan positif di segmen bisnis Obat Resep, Produk Kesehatan, serta Distribusi dan Logistik, didukung pengelolaan biaya operasional yang baik, dan dampak positif dari biaya non-operasional.
Pada saat yang sama, margin laba kotor relatif meningkat menjadi sebesar 39,7% dibanding pada 2023 karena penurunan harga bahan baku.
Di tengah risiko geopolitik dan fluktuasi keuangan global, KLBF akan terus mengelola rantai pasokan dan mengelola persediaan dengan tetap mengutamakan ketersediaan produk.
Untuk mempertahankan margin ke depan, perseroan akan terus menjaga efisiensi bisnis dengan pemanfaatan digitalisasi serta mengelola efektivitas pemasaran untuk meningkatkan pertumbuhan.
“Strategi kenaikan harga akan diterapkan secara selektif dengan memperhatikan kondisi daya beli masyarakat. Perseroan juga mengelola penggunaan mata uang dolar AS untuk keperluan impor bahan baku.”