Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nasib Saham BMRI hingga BSDE saat BI Tahan Suku Bunga di 5,75%

BI telah menahan suku bunga acuannya di level 5,75%. Bagaimana kemudian prospek saham perbankan, properti, hingga otomotif di tengah keputusan BI itu?
Warga mengakses data saham menggunakan perangkat komputer jinjing dan telepon pintar di Jakarta, Minggu (2/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses data saham menggunakan perangkat komputer jinjing dan telepon pintar di Jakarta, Minggu (2/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) telah menahan suku bunga acuannya di level 5,75%. Bagaimana kemudian prospek saham perbankan, properti, hingga otomotif di tengah keputusan BI itu?

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 18-19 Maret 2025, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 5,75%. Alhasil, suku bunga acuan BI itu telah tertahan sejak Januari 2025, di mana saat itu BI menurunkan suku bunga acuannya 25 basis poin.

Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia menyebut defisit transaksi berjalan hingga rupiah dalam kondisi terkendali. Dengan kondisi ini, BI kemudian memutuskan untuk menahan suku bunga acuan.

BI juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi 4,7%-5,5% dan dalam prospek baik. Perry juga memastikan akan mendukung asta cita pemerintah.

Hasil RDG Bank Indonesia ini sejalan dengan konsensus ekonom yang terhimpun dalam Bloomberg, sebanyak 27 ekonom meyakini Bank Indonesia akan menahan suku bunga di level 5,75%. Sementara 11 lainnya melilhat adanya pemangkasan 25 basis poin.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan suku bunga acuan BI memberikan pengaruh signifikan bagi gerak saham sejumlah emiten di sektor perbankan, properti, serta otomotif. 

"Ketika BI menurunkan suku bunga acuan, akan memberikan efek positif reduction borrowing cost, jadinya emiten bisa menjaga ekspansi dengan baik," ujarnya, Rabu (19/3/2025).

Pelonggaran kebijakan moneter juga dinilai bakal memberikan optimalisasi pertumbuhan ekonomi. "Peningkatan kinerja emiten pun terwujud," tutur Nafan.

Namun, saat suku bunga BI tertahan, investor kemudian akan menitikberatkan pada penerapan coroprate governence yang baik di tiap emiten agar tumbuh berkelanjutan. 

Adapun, Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai seiring dengan tertahannya suku bunga acuan, sentimen yang menyertai terhadap saham perbankan, properti, serta otomotif bersifat netral.

"Peluang untuk mendapatkan sentimen positif bisa saja dengan pertimbangan rupiah terjaga, karena jika suku bunga dipangkas khawatirnya bisa memengaruhi tekanan rupiah," tutur Sukarno, Rabu (19/3/2025).

Ia menilai untuk saat ini pasar lebih wait and see karena seperti contoh saham perbankan, banyak mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing.

Akan tetapi, dengan skenario pasar yang bisa pulih kembali, sejumlah saham yang tersengat kebijakan suku bunga acuan patut diperhatikan. Deretan saham prospektif menurutnya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), serta PT Ciputra Development Tbk. (CTRA).

Sementara itu, kinerja saham perbankan, properti, serta otomotif menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (19/3/2025) saat BI menahan suku bunga acuannya. Harga saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya naik 0,3% ke level Rp8.325 per lembar pada penutupan perdagangan hari ini. Namun, harga saham BBCA masih lesu, turun 13,95% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).

Harga saham BMRI juga naik 3,31% ke level Rp4.680 pada perdagangan hari ini. Akan tetapi, saham BMRI turun 17,89% ytd. Sementara, saham BBRI naik 0,82% ke level Rp3.710 per lembar pada perdagangan hari ini, meskipun masih turun 9,07% ytd.

Saham BSDE menguat 1,23% ke level Rp820. Di sisi lain, harga saham BSDE masih turun 13,23% ytd. Kemudian, harga saham CTRA naik 0,62% ke Rp810 per lembar. Saham CTRA juga masih turun 17,35% ytd.

Saham emiten otomotif PT Astra International Tbk. (ASII) naik 0,86% ke level Rp4.690 per lembar. Namun, harga saham ASII masih turun 4,29% ytd.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper