Bisnis.com, JAKARTA —Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) Febriany Eddy mengatakan sebagian besar dana pengembangan proyek strategis perseroan masih menggunakan kas internal.
Kendati demikian, Febriany mengatakan, perseroannya bakal mempertimbangkan untuk mencari pinjaman bank pada akhir tahun ini, atau pada periode 2026.
“Sejauh ini masih manageable ya, mungkin kita akan butuh nanti di akhir-akhir tahun atau tahun depan,” kata Febriany saat temu media, Selasa (18/3/2025).
Sebelumnya INCO disebutkan tengah mengincar pinjaman sebesar US$1,2 miliar untuk pengembangan blok tambang anyar tahun ini.
Manuver untuk menarik pendanaan lewat pinjaman perbankan itu dilakukan setelah lembaga pemeringkat S&P Global Ratings mengerek peringkat kredit INCO menjadi BB+ dengan prospek stabil, dari semula BB awal akhir 2024 lalu.
“Kita selalu menyiapkan diri ya semua pekerjaan rumah itu kita lakukan dengan baik, sehingga kalau kita butuhkan uangnya ada nanti,” kata Febriany.
Baca Juga
Saat ini, INCO tengah mengerjakan 3 tambang baru di Blok Pomalaa, Morowali dan Sorowako.
Berdasarkan data INCO, proyek pengembangan tambang di Morowali diperkirakan selesai pada kuartal IV/2025 dengan tambahan kapasitas produksi mencapai 3,84 juta ton saprolit per tahun.
Sampai akhir 2024, proyek pengembangan tambang Morowali dengan nilai belanja modal US$399 juta itu telah mencapai 35%.
Selanjutnya, INCO turut mengejar pengambangan blok tambang baru di Pomalaa dengan tambahan produksi tahunan 28,15 juta saprolit dan limonit.
Belanja modal untuk blok tambang baru ini sebesar US$1 miliar yang diharapkan beroperasi pada kuartal II/2026. Proyek tambang baru di Pomalaa telah berjalan 22%.
Sementara itu, blok tambang baru di Sorowako menelan investasi sekitar US$257 juta dengan ekspektasi tambahan produksi tahunan 11,5 juta limonit. Proyek ini diharapakan selesai pada kuartal III/2026.
Sebelumnya, INCO mencatat laba bersih sepanjang 2024 sebesar sebesar US$57,76 juta atau sekitar Rp931,33 miliar.
Torehan laba bersih itu susut 78,96% dibandingkan dengan capaian laba sepanjang tahun 2023 di angka US$274,33 juta atau sekitar Rp4,22 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2024 yang dikutip Rabu (26/2/2025), INCO mencatat penurunan pendapatan ke level US$950,38 juta sepanjang tahun lalu.
Posisi pendapatan itu terkoreksi 22,87% dibandingkan dengan realisasi pendapatan sepanjang tahun 2023 di level Rp1,23 triliun.
Sementara itu, beban pokok pendapatan INCO selama periode 2024 sebesar US$842,16 juta, posisi beban itu relatif tidak banyak bergerak dari pencatatan beban tahun 2023 sebesar US$885,24 juta.
Setelah dikurangi beban, laba bruto untuk periode 2024 susut ke level US$108,22 juta, dari posisi tahun sebelumnya di angka US$302,15 juta. Laba bruto itu tergerus lebih dari separuhnya sepanjang 2024.