Bisnis.com, JAKARTA — Rumor merger antara PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dengan Grab Holdings Ltd. kembali mencuat. Direktur Utama dan Chief Executive Officer GOTO Patrick Walujo sempat memberikan komentarnya terkait rumor tersebut.
Patrick Walujo dalam conference call terkini GOTO, Rabu (12/3/2025) menanggapi rumor merger GOTO dengan Grab tersebut. Menurut Patrick, GOTO menyadari adanya spekulasi media yang berulang tentang diskusi potensial merger dan akuisisi ini.
"Saya ingin merujuk para analis dan investor pada keterbukaan informasi yang telah kami sampaikan di Bursa Efek Indonesia pada Februari tahun ini, ketika kami dimintai klarifikasi oleh Bursa Efek Indonesia mengenai rumor tersebut, dan sejak saat itu tidak ada perubahan," kata Patrick.
Patrick juga menyebut GOTO tidak dapat berkomentar lebih lanjut mengenai rumor dan spekulasi pasar.
Adapun melansir Bloomberg, Grab dikabarkan kembali melanjutkan pembicaraan untuk mengakuisisi GOTO. Perusahaan transportasi dan pengiriman asal Singapura disebut telah memulai proses uji tuntas atau due diligence terhadap salah satu raksasa teknologi Indonesia tersebut.
Menurut sumber Bloomberg yang mengetahui diskusi ini, Grab tengah mengevaluasi akun, kontrak, dan operasi GoTo sebagai bagian dari kajian awal akuisisi. Sejumlah pemegang saham dari kedua perusahaan juga turut menilai struktur dan nilai kesepakatan yang memungkinkan.
Meski demikian, pembicaraan ini masih berlangsung dan belum ada jaminan akan berujung pada transaksi.
Grab, yang mendapat dukungan dari Uber Technologies Inc., telah beberapa kali mengadakan pembicaraan dengan GoTo terkait potensi merger. Namun, kesepakatan serupa sebelumnya gagal terwujud, sebagian besar karena kekhawatiran atas regulasi antimonopoli.
Penggabungan dua perusahaan dominan di Asia Tenggara ini berpotensi menciptakan kendali pasar yang terlalu besar, terutama di sektor transportasi dan layanan permintaan.
Sebelumnya, laporan Bloomberg News pada Februari lalu menyebutkan bahwa Grab mempertimbangkan valuasi lebih dari US$7 miliar untuk GoTo, dengan salah satu opsi berupa akuisisi penuh di atas harga Rp100 rupiah per saham.
Sumber yang mengetahui pembicaraan ini menyebut bahwa kedua pihak menargetkan 2025 sebagai momen yang tepat untuk menyelesaikan kesepakatan.
Menurut analisis Bloomberg Intelligence, jika akuisisi ini terjadi, gabungan Grab dan GoTo akan mengendalikan 60-70% pasar On-Demand Services di Asia Tenggara, dengan dominasi yang lebih kuat di Indonesia. Hal ini dapat mendorong regulator untuk menolak transaksi tersebut, seperti yang terjadi dalam upaya Grab membeli operator taksi Trans-cab di Singapura.