Bisnis.com, JAKARTA – PT Schroder Investment Management Indonesia memproyeksikan kinerja pasar obligasi pemerintah Indonesia moncer saat pasar saham yang tertekan. Kondisi ini didorong oleh sejumlah faktor.
Dalam laporan bulanannya, Schroder Investment Management Indonesia mencatat kinerja pasar obligasi per Februari 2025 kinclong. "Terlepas dari ketidakpastian global, obligasi pemerintah Indonesia terus menguat di bulan Februari 2025," tulis Schroder Investment Management Indonesia dalam laporannya pada Senin (17/3/2025).
Obligasi pemerintah tenor 10 tahun diperdagangkan lebih tinggi karena imbal hasil telah mengalami pengetatan sebesar 20 basis poin.
Dana asing pun mengalir ke pasar obligasi Indonesia. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai beli bersih atau net buy asing di surat berhara negara (SBN) mencapai Rp13,51 triliun dalam dua bulan awal 2025 (year to date/ytd).
Indeks obligasi komposit Indonesia (ICBI) mencatatkan penguatan 1,92% ytd ke level 400,21 pada perdagangan 28 Februari 2025.
Permintaan obligasi tinggi seiring dengan langkah investor dalam menangkap momentum yield obligasi yang telah mencapai puncaknya baru-baru ini.
Baca Juga
"Selain itu, volatilitas yang terjadi di pasar saham akhir-akhir ini telah mendorong investor untuk menyesuaikan alokasi portofolio mereka ke aset berbasis pendapatan seperti obligasi," tulis Schroder Investment Management Indonesia.
Pasar saham Indonesia memang mencatatkan kinerja lesu pada awal 2025. Indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 8,74% ytd atau sejak perdagangan perdana 2025. Tercatat, net sell asing mencapai Rp26,04 triliun di pasar saham Indonesia sepanjang 2025.
Alhasil, Terlepas terlepas kemungkinan kebijakan ekstrim di AS yang dapat berdampak pada ekonomi kita, arah pasar obligasi menurut Schroder tampaknya cukup stabil.
Fixed Incomed Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno juga menilai minat investor terhadap SBN masih cukup kuat, tercermin dari tingginya bid-to-cover ratio di lelang SBN dan SBSN terbaru, serta terus berlanjutnya inflow ke pasar obligasi.
Aliran dana ke pasar obligasi pun tinggi. "Hal ini menunjukkan bahwa investor masih melihat potensi positif di pasar surat utang Indonesia, didorong oleh ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter," jelasnya.
Namun, sentimen pasar tetap perlu dicermati, terutama terkait dengan transparansi fiskal dan strategi pemerintah dalam mengelola pembiayaan defisit agar tidak menciptakan tekanan tambahan bagi pasar obligasi.
Investment Analyst PT Capital Asset Management Martin Aditya mengatakan minat investor asing maupun domestik terhadap pasar surat utang di Indonesia masih cukup menarik dibandingkan negara lainnya pada emerging market. Sebab, pasar surat utang Indonesia memiliki yield yang kompetitif dengan perekonomian yang dapat dibilang masih cukup stabil.
"Secara inflow masih terdapat inflow pada pasar surat utang. Investor domestik seperti perbankan, asuransi, reksa dana dan dana pensiun masih akan terus membutuhkan instrumen pendapatan tetap terutama pada obligasi pemerintah karena lebih likuid dan memiliki yield yang menarik," jelasnya.
Akan tetapi, kemungkinan besar investor asing akan sedikit berhati-hati karena menunggu kejelasan arah kebijakan fiskal pemerintah.