Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah diproyeksi bergerak fluktuatif pada perdagangan pekan depan dengan potensi melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup naik 0,28% atau 45 poin ke posisi Rp16.294 per dolar AS pada Jumat (7/3/2025). Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau melemah 0,22% ke posisi 103,800.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,21%, peso Filipina menguat 0,24%, ringgit Malaysia menguat 0,11%, won Korea menguat 0,07%, dan rupee India menguat 0,09%.
Sementara itu, mata uang lainnya yakni dolar Taiwan menguat sebesar 0,14%, baht Thailand menguat 0,23%, dolar Singapura menguat 0,16%, dan dolar Hong Kong melemah 0,01%, serta yuan China stagnan terhadap dolar AS.
Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi mengatakan untuk perdagangan pekan depan, Senin (10/3/2025), mata uang rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif tetapi berpotensi ditutup melemah di rentang Rp16.280-Rp16.340 per dolar AS.
Ibrahim mengatakan bahwa dolar terpukul oleh meningkatnya kekhawatiran akan perlambatan ekonomi AS, dengan ketidakpastian muncul karena dampak kebijakan Donald Trump, setelah Presiden AS itu membuat konsesi untuk Kanada dan Meksiko dari tarif 25% yang baru-baru ini dikenakan.
Baca Juga
Sementara itu, dia mengatakan untuk ekspor China tumbuh jauh lebih lambat dari yang diharapkan pada periode Januari-Februari, dan impor tiba-tiba anjlok, tetapi neraca perdagangan China tumbuh lebih dari yang diharapkan. Namun, ekspor yang lemah mencerminkan beberapa hambatan dari tarif perdagangan Trump, yang berlaku sejak awal Februari ini.
Pada perkembangan lain, Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa Februari 2025 mengalami penurunan menjadi US$154,5 miliar dari Januari 2025 yang mencapai all time high di level US$156,1 miliar, sejalan dengan langkah BI menstabilkan rupiah.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menyampaikan intervensi tersebut sebagai respons bank sentral dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.
“Perkembangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (7/3/2025).
Sementara itu, BI melaporkan adanya aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan RI senilai Rp8,99 triliun pada pekan pertama Maret 2025, utamanya melalui pasar saham dan SBN.
Berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, kata Ramdan, hanya investor yang menempatkan dananya di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang melakukan aksi jual.
“Berdasarkan data transaksi 3-6 Maret 2025, nonresiden tercatat beli neto senilai Rp8,99 triliun, terdiri atas beli neto Rp0,34 triliun di pasar saham, Rp9,53 triliun di pasar SBN, dan jual neto Rp0,88 triliun di SRBI,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (8/3/2025).