Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Menguat Tipis, Rupiah Dibuka Relatif Stabil pada Hari Ini (21/8)

Rupiah stabil di Rp16.271 per dolar AS pada 21 Agustus 2025 meski indeks dolar AS menguat. Kebijakan fiskal dan global, termasuk konflik Rusia-Ukraina, mempengaruhi pergerakan rupiah.
Karyawan menunjukan uang dolar AS di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawan menunjukan uang dolar AS di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah pada perdagangan hari ini, Kamis (21/8/2025) dibuka stabil saat indeks dolar AS menguat.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.06 WIB, rupiah belum bergerak dari posisinya di Rp16.271,50 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,04% ke posisi 98,25. Selanjutnya pada pukul 09.30 WIB, rupiah bergerak melemah 16 poin atau 0,1% ke posisi Rp16.287,5 per dolar AS.

Pada saat yang sama, mata uang negara Asia lainnya dibuka bervariasi. Yen Jepang pada perdagangan hari ini dibuka melemah 0,07%, sementara dolar Hongkong dibuka menguat 0,05%, dan dolar Singapura melemah 0,02% terhadp dolar AS.

Sementara itu, melihat pergerakan yang paling signifikan pada pembukaan perdagangan hari ini, dolar Taiwan dibuka melemah 0,34%, sedangkan ringgit Malaysia dibuka menguat 0,14%.

Sebelumnya, pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan beberapa kebijakan fiskal pemerintah akan mempengaruhi pergerakan rupiah. Dalam RAPBN 2026, pemerintah berencana menarik utang baru senilai Rp781,87 triliun melalui penerbitan SBN dan penarikan pinjaman. 

Ibrahim menjelaskan bahwa pembiayaan utang dari SBN direncanakan akan mencapai Rp749,19 triliun, atau naik dibandingkan dengan outlook 2025. Kemudian, pembiayaan pinjaman (neto) pada 2026 direncanakan sebesar Rp32,67 triliun, atau turun 74,9% dibandingkan outlook 2025.

Kemarin, rupiah ditutup melemah 0,16% ke level Rp16.271 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS menguat 0,05% ke posisi 98,32.

Ibrahim mengatakan bahwa kemarin pasar juga menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), yang akhirnya memutuskan untuk menurunkan kembali suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5% pada Agustus 2025.

Di sisi lain, sentimen global yang mempengaruhi pergerakan rupiah menurut Ibrahim adalah perkembangan konflik antara Rusia-Ukraina. Presiden AS Donald Trump telah berjanji bahwa AS akan membantu menjamin keamanan Ukraina sebagai bagian dari penyelesaian damai. 

Selain itu, kebijakan tarif AS juga masih membayang-bayangi pergerakan rupiah. Ibrahim bilang, saat ini pasar sedang mencari kejelasan tentang tarif sekunder 25% dari AS terhadap India. 

"Pasar juga khawatir tentang tarif tambahan 25% AS yang dikenakan kepada India atas pembelian minyak Rusia, yang akan berlaku efektif pada 27 Agustus. Penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, secara eksplisit memperingatkan bahwa India harus menghentikan perdagangan minyak Rusia atau menghadapi konsekuensi lebih lanjut," ujarnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro