Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini Rabu, 20 Agustus Dibuka Melemah

Nilai tukar rupiah melemah 0,29% ke Rp16.245,50 per dolar AS pada 20 Agustus 2025. Pasar menanti keputusan suku bunga BI, diperkirakan tetap di 5,25%.
Karyawan menghitung uang dolar AS di gerai penukaran uang di Jakarta, belum lama ini. Mata uang rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif cenderung melemah pada rentang Rp16.280-Rp16.330 per dolar AS besok, Senin (21/7/2025)./JIBI/Bisnis/Abdurachman
Karyawan menghitung uang dolar AS di gerai penukaran uang di Jakarta, belum lama ini. Mata uang rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif cenderung melemah pada rentang Rp16.280-Rp16.330 per dolar AS besok, Senin (21/7/2025)./JIBI/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu, 20 Agustus 2025 dibuka melemah. Saat ini, pasar sedang menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan suku bunga acuan.

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (20/8/2025) pukul 09.03 WIB, mata uang rupiah dibuka melemah 0,29% ke posisi Rp16.245,50 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,12% ke level 98,38.

Pada pembukaan pasar, mata uang Asia lainnya yang juga dibuka melemah antara lain adalah dolar Hongkong yang terdepresiasi 0,04%, dolar Singapura melemah 0,09%, dolar Taiwan melemah 0,34%, won Korea Selatan melemah 0,45%, peso Philipina melemah 0,37%, yuan China melemah 0,06%, ringgit Malaysia turun 0,15%, dan bath Thailand yang melemah 0,04% terhadap dolar AS.

Sebaliknya, mata uang negara Asia yang dibuka menguat terhadap dolar AS antara lain adalah yen Jepang yang menguat 0,12% dan rupee India yang menguat 0,45%.

Sebelumnya, Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan sentimen yang akan menggerakkan mata uang rupiah pada perdagangan hari ini adalah hasil dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan memutuskan suku bunga acuan.

Menurutnya, BI akan mempertimbangkan kondisi perekonomian global serta domestik, termasuk setelah data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 Indonesia yang mengejutkan pasar dengan capaian laju PDB 5,12%.

"Konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg memperkirakan, BI akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level saat ini yaitu 5,25%," kata Ibrahim, Selasa (19/8/2025).

Adapun, konsensus dalam survei Bloomberg menunjukkan sebanyak 30 dari 39 ekonom memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan di level 5,25%. Sedangkan, sisanya memprediksi penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5%.

Sementara dari sentimen global, Ibrahim menilai salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah perkembangan konflik antara Rusia-Ukraina. Ibrahim menjelaskan, Presiden AS Trump telah berjanji bahwa AS akan membantu menjamin keamanan Ukraina sebagai bagian dari penyelesaian damai.

Trump, kata Ibrahim, mengatakan telah mulai mengatur pertemuan antara Volodymyr Zelenskiy dari Ukraina dan Vladimir Putin dari Rusia dan mengusulkan diskusi tiga arah berikutnya. Rencana ini menjaga harapan terbukanya jalur negosiasi.

Kemarin, rupiah ditutup melemah 0,29% ke posisi Rp16.245,50 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS juga turun 0,16% ke level 98,01.

Ibrahim memproyeksi pada perdagangan hari ini rupiah akan bergerak fluktuatif, namun akan ditutup melemah di rentang Rp16.240-Rp16.300 per dolar AS.

Sementara itu, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memproyeksikan BI akan menahan suku bunga di 5,25%. Dia mengingatkan bahwa inflasi umum melanjutkan tren kenaikan sejak Mei 2025, yang kini menyentuh 2,37% secara tahunan pada Juli 2025.

Teuku tidak menampik bahwa beberapa pekan terakhir modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia sekitar US$1,08 miliar sehingga mendorong penguatan rupiah hingga 1,04% secara bulanan dalam 30 hari terakhir, akibat ekspektasi pemotongan suku bunga oleh bank sentral AS Federal Reserve alias The Fed.

Kendati demikian, dia mengingatkan bahwa mulai berlakunya tarif resiprokal Trump pada awal Agustus ini berpotensi memicu tekanan inflasi di beberapa bulan mendatang sehingga penurunan BI Rate saat ini akan memperparah tekanan inflasi tersebut.

"Oleh karena itu, kami berpandangan Bank Indonesia perlu menahan suku bunga acuannya di 5,25% pada Rapat Dewan Gubernur di Agustus 2025," jelas Teuku.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro