Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Tetapkan Tarif untuk Kanada dan Meksiko, Minyak Mentah Melonjak

Harga minyak mentah melonjak setelah Presiden Donald Trump memastikan kebijakan tarif bagi dua pemasok minyak mentah utama AS, yakni Kanada dan Meksiko.
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mencatat lonjakan terbesar dalam enam pekan pada Kamis (27/2/2025) setelah Presiden AS Donald Trump memastikan kebijakan tarif bagi dua pemasok minyak mentah utama AS, yakni Kanada dan Meksiko.

Melansir Bloomberg, harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April naik 2,5% dan ditutup di level US$70,35 per barel. Adapun minyak Brent untuk kontrak pengiriman April ditutup menguat 2,1% ke US$74,04 per barel.

WTI menembus level US$70 per barel setelah Trump mengumumkan melalui media sosial bahwa tarif terhadap Kanada dan Meksiko akan mulai diberlakukan pada 4 Maret.

Kebijakan ini berisiko mengganggu rantai pasokan minyak Amerika Utara yang terintegrasi erat, sekaligus meningkatkan permintaan minyak mentah AS untuk menggantikan barel dari Kanada dan Meksiko yang kemungkinan dialihkan ke pasar lain guna menghindari tarif.

Meski begitu, dampak kebijakan ini bisa terbatas mengingat banyak kilang AS dirancang untuk mengolah minyak mentah berat dari kedua negara tersebut, bukan minyak ringan produksi domestik. AS saat ini mengimpor sekitar 4 juta barel per hari dari Kanada dan 400.000 barel per hari dari Meksiko.

Kenaikan harga minyak pada Kamis belum cukup untuk mengubah tren penurunan bulanan terbesar sejak September, yang dipicu oleh kekhawatiran bahwa perang dagang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi serta permintaan energi di AS dan China, dua konsumen minyak terbesar dunia.

Pada Rabu, harga minyak sempat jatuh ke level terendah sejak 10 Desember setelah Gedung Putih memberikan pernyataan yang saling bertentangan terkait kebijakan tarif. Trump juga menegaskan bahwa China akan dikenakan tarif tambahan sebesar 10% mulai 4 Maret.

Analis PVM Oil Associates Ltd. Tamas Varga mengatakan belum ada gambaran jelas mengenai bagaimana agenda politik dan ekonomi Donald Trump akan memengaruhi pertumbuhan.

"Tarif balasan, pemangkasan pajak, dan peningkatan belanja negara bisa memicu tekanan inflasi dan menghambat pertumbuhan ekonomi,” ungkap Varga seperti dilansir Bloomberg.

Sementara itu, ada indikasi bahwa pasokan dari beberapa wilayah bisa kembali mengalir. Irak mengumumkan telah mencapai kesepakatan dengan Kurdistan untuk melanjutkan ekspor minyak melalui pipa yang telah hampir dua tahun tidak beroperasi, meski tanpa menyebutkan kapan ekspor akan dimulai. Kesepakatan ini bukan yang pertama, tetapi sejauh ini belum ada realisasi konkret.

Di sisi lain, potensi gangguan pasokan masih membayangi pasar. AS terus menekan ekspor minyak dari Iran dan Venezuela, sementara OPEC+ diperkirakan akan kembali menunda rencana peningkatan produksi.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper