Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto akan meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara pada Senin (23/2/2025) besok.
Menurut Prabowo, konsolidasi aset perusahaan pelat merah itu bertujuan meningkatkan dan mengoptimalkan kekayaan negara melalui investasi strategis. Dia menyebut Danantara akan mengoptimalkan berbagi aset dan kekuatan ekonomi BUMN.
"Optimalisasi pengolahan BUMN kita melalui konsolidasi ke dalam suatu dana investasi nasional yang akan kita launching pada 24 Februari yang akan datang. Danantara adalah konsolidasi semua kekuatan ekonomi kita yang ada di pengelolaan BUMN itu nanti akan dikelola dan kita beri nama Danantara," kata Prabowo di Istana Negara, Senin (17/2/2025).
Presiden ke-8 RI itu mengklaim Danantara memiliki dana modal kelolaan mencapai US$900 miliar atau sekitar Rp14.715 triliun (asumsi kurs Rp16.350 per dolar AS). Dia pun mengungkapkan bahwa initial funding atau pendanaan awal Danantara diproyeksi mencapai US$20 miliar.
Dalam struktur awal lembaga ini, Prabowo sempat menunjuk Muliaman Darmansyah Hadad sebagai Kepala BPI Danantara pada 22 Oktober 2024. Namun, menjelang peluncuran, muncul kabar bahwa posisi tersebut kini akan diisi oleh Menteri Investasi dan BKPM, Rosan Roeslani.
Pergantian Muliaman dengan Rosan terjadi setelah pengesahan RUU BUMN menjadi UU pada 4 Februari 2025. Meski aturan itu menempatkan bahwa pejabat tertinggi tersebut maksimal 70 tahun, Muliaman seperti sulit bersaing dalam posisi operator puncak.
Sebelumnya, Rosan dikabarkan akan menduduki posisi Ketua Dewan Pengawas Danantara, tetapi perubahan ini menempatkannya sebagai CEO. Sementara itu, Muliaman dikabarkan akan menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pengawas. Posisi Ketua Dewan Pengawas sesuai dengan UU BUMN yang baru langsung dipegang oleh Menteri BUMN Erick Thohir, dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai anggota.
Dalam struktur yang diatur oleh UU BUMN, terdapat dua posisi eksekutif utama di bawah CEO BPI Danantara, yakni Chief Operating Officer (COO) yang membawahi Holding Operasional BUMN dan Chief Investment Officer (CIO) yang mengendalikan Holding Investasi BUMN. Pandu Patria Sjahrir dikabarkan akan menjadi CIO, sedangkan posisi COO akan ditempati oleh Wakil Menteri BUMN, Doni Oskaria.
Pergeseran posisi Muliaman dalam struktur baru ini menimbulkan berbagai spekulasi mengenai dampaknya terhadap arah kebijakan Danantara. Sebagai ekonom berpengalaman yang pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner OJK dan Duta Besar Indonesia untuk Swiss, Muliaman semula dianggap sebagai figur utama dalam pembentukan BPI Danantara. Namun, dengan perubahan ini, perannya kini tampaknya beralih ke fungsi pengawasan.
Baca Juga
Dalam kesempatan terpisah, Pandu Sjahrir, yang disebut-sebut sebagai calon CIO, memberikan tanggapan singkat ketika ditanya mengenai perannya di Danantara. Usai bertemu dengan Prabowo di Kompleks Istana Kepresidenan pada 21 Februari 2025, Pandu mengaku telah berdiskusi mengenai Danantara, tetapi membantah kabar bahwa dirinya akan menjabat sebagai eksekutif. "Enggak jadi apa-apa," ujarnya kepada wartawan.
Dikagumi Temasek Diminati Abu Dhabi
Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim Danantara mendapatkan pujian dari Temasek—perusahaan investasi global yang berpusat di Singapura.
Menurutnya, Temasek kagum karena Indonesia mampu mengkonsolidasikan aset negara bernilai miliaran dolar AS. Adapun Danantara memiliki dana modal kelolaan mencapai US$900 miliar.
"Mereka [Temasek] juga terkagum-kagum kita bisa mengkonsolidasikan aset negara yang nilainya bisa beberapa ratus miliar dolar, saya kira itu dividen saja. Kalo Kita buat untuk investasi kita bisa generate sampai US$25 miliar,” ujarnya dalam Kumparan The Economic Insights 2025, Rabu (19/2/2025).
Selain itu, Luhut juga menuturkan bahwa Abu Dhabi berkeinginan untuk bekerja sama dengan BPI Danantara terkait peluang investasi energi baru terbarukan (EBT).
“Saya bilang 10 gigawatt tadi Abu Dhabi bawa masuk untuk renewable energy. Itu kan US$10 miliar, belum lagi yang lain,” jelasnya.
Dalam kesempatan terpisah, Luhut pun menyampaikan terkait keinginan pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) tersebut. Dirinya pun telah berbicara dengan Menteri Industri dan Energi UAE Suhail dari Abu Dhabi, mereka sangat menyadari tentang keberadaan Danantara dan ingin segera joint venture dengan Danantara.
Diminta Ikut Biayai Hilirisasi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengusulkan agar sebagian dana dari BPI Danantara dapat dipakai untuk membiayai investasi hilirisasi di Indonesia. Dia mengatakan, keinginan tersebut telah ia sampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto.
"Beberapa BUMN semua fokus di sana [Danantara], yang Insya Allah mudah-mudahan saja proposal kami, Bapak Presiden menyetujui bahwa sebagian Danantara dananya dipakai untuk membiayai investasi hilirisasi di Republik Indonesia,” ujar Bahlil dalam Indonesia Economic Summit, Rabu (19/2/2025), dikutip dari Antara.
Bahlil menuturkan bahwa pemerintah saat ini, sedang fokus untuk menciptakan nilai tambah lewat hilirisasi.
Berdasarkan masterplan yang telah disusun, investasi hilirisasi hingga tahun 2040 membutuhkan US$618 miliar di 28 komoditas, antara lain di sektor kehutanan, perikanan, pertanian, perkebunan, serta pertambangan dan gas.
“Jadi, kita fokus betul-betul untuk memberikan nilai tambah dalam negeri,” kata Bahlil.
Di sisi lain, banyak pemain asing yang justru memperoleh manfaat paling besar dari hilirisasi karena banyak investasi dan teknologi berasal dari bank-bank serta perusahaan luar negeri.
Karena itu, menurutnya, perbankan nasional seperti Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) bisa terlibat dalam pembiayaan investasi di sektor hilirisasi melalui kerja sama dengan bank asing. Menurut Bahlil, pembiayaan untuk hilirisasi juga mampu berkontribusi pada kenaikan pertumbuhan ekonomi menjadi 6%.
Berdasarkan faktor tersebut, dia mengharapkan Prabowo bisa memutuskan agar sebagian dana dari Danantara bisa diinvestasikan dalam rangka memberikan penciptaan nilai tambah di sektor hilirisasi.
“Ini untuk memberikan kedaulatan bagi kita dalam rangka memanfaatkan daripada proses nilai tambah semua sumber daya alam kita yang ada di Indonesia,” katanya.
Publik Pertanyakan Tata Kelola
Di satu sisi, public mulai mempertanyakan tata Kelola Danantara. Di platform media sosial X atau sebelumnya Twitter, Danantara menjadi salah satu perbincangan warganet.