Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini, 20 Februari 2025: CPO dan Batu Bara Melesat, Emas Melemah

Harga emas melemah setelah mencapai rekor tertinggi karena penguatan dolar AS, sedangkan CPO dan batu bara berakhir menguat.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melemah setelah mencapai rekor tertinggi karena penguatan dolar AS, sementara ancaman tarif terbaru dari Presiden AS Donald Trump membuat investor khawatir.

Melansir Reuters pada Kamis (20/2/2025), harga emas di pasar spot turun 0,2% menjadi US$2.928,49 per ounce. Harga emas sempat melonjak ke level tertinggi sepanjang masa di US$2.946,85 per ounce di awal sesi. Sementara itu, harga emas berjangka AS melemah 0,4% pada US$2.936,10 per ounce.

Indeks dolar AS tercatat naik 0,1% terhadap para pesaingnya, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

“Kita berada dalam kondisi ketidakpastian yang meningkat secara tidak biasa… katalisnya adalah tarif dan perundingan perdagangan atau ancaman yang terjadi di seluruh dunia yang mendukung harga," kata Paul Wong, ahli strategi pasar di Sprott Asset Management.

Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa ia bermaksud untuk mengenakan tarif otomotif “sekitar 25%”, bersama dengan bea serupa pada impor semikonduktor dan farmasi.

Hal ini menyusul langkah Trump baru-baru ini yang mengenakan tarif 10% pada impor China dan tarif 25% pada baja dan aluminium pada awal bulan ini.

Emas batangan dipandang sebagai pelindung terhadap risiko geopolitik dan inflasi, namun kenaikan suku bunga mengurangi daya tariknya sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil.

Sementara itu, pejabat bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) masih belum yakin mengenai dampak tarif terhadap inflasi. Para pedagang saat ini melihat setidaknya satu kali penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin dan peluang penurunan tambahan sebesar 44% pada bulan Desember, menurut data LSEG.

Setelah pelantikan Donald Trump, para pejabat Federal Reserve menyatakan kekhawatirannya terhadap inflasi, karena perusahaan-perusahaan diperkirakan akan menaikkan harga untuk mengimbangi tarif impor, kata para pembuat kebijakan pada pertemuan mereka di bulan Januari.

Setelah pelantikan Donald Trump, para pejabat Federal Reserve menyuarakan kekhawatiran atas potensi inflasi, karena mereka mengantisipasi perusahaan-perusahaan menaikkan harga untuk mengimbangi tarif impor, menurut catatan pertemuan mereka pada bulan Januari.

Harga Batu Bara

Sementara itu, berdasarkan data dari Bar Chart, harga batu bara kontrak Februari 2025 di ICE Newcastle pada penutupan perdagangan Rabu (19/2/2025) menguat 2,63% ke level US$103,50 per metrik ton. Sementara itu, harga batu bara kontrak Maret 2025 naik 0,19% pada level US$104,80 per metrik ton.

Melansir Reuters, tarif balasan yang dikenakan China terhadap impor energi AS kemungkinan besar paling terasa di pasar batu bara metalurgi melalui laut.

Beijing memberlakukan tarif impor sebesar 15% pada batu bara dan gas alam cair (LNG) AS dan 10% pada minyak mentah pada tanggal 4 Februari setelah Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 10% pada semua impor dari China.

Tarif tersebut mungkin cukup tinggi namun akan mematikan perdagangan energi antara China, importir batubara, LNG dan minyak mentah terbesar di dunia, dan Amerika Serikat, yang merupakan eksportir LNG terbesar dan menempati peringkat keempat dalam batubara dan minyak mentah.

Namun, pangsa impor minyak mentah dan LNG China di AS tergolong kecil, masing-masing sekitar 2% dan 5%, yang berarti pasar global kemungkinan akan dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tanpa banyak kesulitan.

Hal tersebut dengan batu bara metalurgi, yang juga dikenal sebagai batubara kokas (coking coal) dan bahan bakar yang terutama digunakan untuk membuat baja.

Total impor batu bara kokas China melalui laut mencapai 43,02 juta metrik ton pada tahun 2024, di mana Amerika Serikat menyediakan 5,02 juta metrik ton dengan porsi 11,7%, menurut data yang dikumpulkan oleh analis komoditas Kpler.

AS merupakan pemasok batu bara kokas laut terbesar keempat ke China, setelah Australia dengan 15,91 juta ton, Rusia dengan 11,68 juta ton, dan Kanada dengan 7,79 juta ton.

Jika tarif baru ini membuat batu bara kokas AS tidak kompetitif di China, maka produsen baja China harus mencari alternatif yang sesuai.

Di sisi lain, eksportir batu bara kokas AS dapat memilih untuk mendiskon biaya kargo agar tetap bertahan di pasar China, namun mereka kemungkinan besar akan berusaha menjualnya ke importir lain, seperti pembeli utama India, Jepang, dan Korea Selatan.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper