Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah analis menilai kinerja sebagian emiten keramik belakangan menunjukkan tren pemulihan sejak paruh kedua 2024.
Perbaikan kinerja itu terlihat seiring dengan penerapan bea masuk antidumping (BMAD) keramik asal China pada Oktober 2024.
Customer Engagement & Market Analyst Department Head BRI Danareksa Sekuritas Chory Agung Ramdhani mengatakan penerapan BMAD itu belakangan efektif melindungi industri keramik lokasi dari impor produk murah China.
“Produsen dalam negeri seperti ARNA, CAKK dan KIAS bisa lebih kompetitif, meningkatkan utilisasi produksi dan berpotensi menaikkan harga jual tanpa tekanan persaingan tidak sehat,” kata Chory saat dihubungi, Jumat (21/2/2025).
Chory menuturkan terdapat pemulihan dari sisi pendapatan emiten keramik pada paruh kedua tahun lalu, kendati laba masih terkoreksi.
Hanya saja, dia berpendapat, emiten keramik masih berhadapan dengan perseroalan efisiensi biaya produksi dan harga bahan baku.
Baca Juga
Di sisi lain, dia mengatakan, prospek emiten keramik mendatang bakal tumbuh positif di tengah program 3 juta rumah pemerintah saat ini.
“Namun tantangan tetap ada seperti harga gas industri, daya beli masyarakat dan realisasi proyek perumahan pemerintah,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, emiten produsen keramik PT Arwana Citramulia Tbk. (ARNA) mencatat laba bersih sebesar Rp425,96 miliar sepanjang periode 2024.
Torehan laba bersih itu susut 3,73% dari capaian sepanjang periode yang sama tahun sebelumnya di level Rp442,49 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir 31 Desember 2024, ARNA mencatatkan penjualan neto sebesar Rp2,63 triliun selama periode 12 bulanan tahun lalu.
Adapun, torehan penjualan neto itu naik 7,7% dari posisi pendapatan sepanjang 2023 sebesar Rp2,44 triliun.
Di sisi lain, beban pokok penjualan ARNA pada periode 2024 mencapai Rp1,72 triliun, naik 11,68% dari posisi beban pada 2023 di level Rp1,54 triliun.