Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Cetak Rekor Lagi, Intip Prospek di Sepanjang 2025

Harga emas kembali mencatatkan rekornya pada 2025, sehingga prospeknya diproyeksikan moncer seiring dengan sentimen kekhawatiran perang dagang AS.
Emas batangan 1 kilogram. / Bloomberg-Christopher Pike
Emas batangan 1 kilogram. / Bloomberg-Christopher Pike

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas kembali mencatatkan rekornya pada 2025. Prospeknya pun diproyeksikan moncer seiring dengan sentimen kekhawatiran perang dagang AS.

Melansir Reuters, Jumat (21/2/2025), harga emas di pasar spot menguat 0,1% ke US$2.936,38 per troy ounce setelah sempat menyentuh US$2.954,69, rekor tertinggi ke-10 sepanjang tahun ini. 

Sementara itu, emas berjangka Comex di AS ditutup naik 0,7% di US$2.956,10, dengan kenaikan total sekitar 12% sejak awal tahun.

President Director PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra mengatakan lonjakan harga emas global terjadi seiring dengan kebijakan tarif dagang Presiden AS Donald Trump. Pasar pun kemudian mengkhawatirkan perang dagang pada tahun ini. Investor lari ke aset yang dinilai safe haven.

"Keseluruhan tahun ini pun saya masih melihat banyak sentimen yang mendorong kenaikan harga emas atau paling tidak menopang harga emas di level tinggi," kata Ariston kepada Bisnis.com, Jumat (21/2/2025).

Menurutnya pasar emas ke depan akan terdorong oleh kekhawatiran atas ancaman perang dagang yang kembali dihidupkan Trump dengan kebijakan kenaikan tarifnya. Perang dagang dinilai akan menurunkan lalu lintas perdagangan global dan otomatis pertumbuhan ekonomi global akan menurun.

Kenaikan tarif juga dinilai bisa memicu ekonomi biaya tinggi sehingga inflasi naik. "Emas sebagai sarana hedging inflasi menjadi diminati pasar," tuturnya.

Pasar juga masih mengantisipasi situasi konflik geopolitik di sekitaran Timur Tengah serta antara Rusia dan Ukraina. Menurut Ariston, konflik meski tensinya sudah menurun, akan tetapi masih berpeluang meningkat lagi.

Selain itu, prospek harga emas terdorong keinginan bank-bank sentral dunia untuk mendiversifikasi cadangan devisanya dari dolar AS ke emas, terutama negara-negara anggota BRICS. Hal ini menyebabkan permintaan emas dari bank sentral meninggi beberapa tahun belakangan dan menopang harga emas.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper