Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Keok, Ditutup Rp16.383,5 per Dolar AS

Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.383,5 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (11/2/2025).
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, belum lama ini./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, belum lama ini./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.383,5 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (11/2/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan melemah 0,16% atau 25,5 poin ke level Rp16.383,5 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau naik 0,07% ke posisi 108,39.

Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya mengalami pelemahan saat indeks dolar AS naik. Yen Jepang misalnya melemah 0,5%, dolar Hong Kong melemah 0,05%, dolar Singapura melemah 0,04%, dan won Korea Selatan melemah 0,06%.

Selain itu, yuan China melemah 0,04%, peso Filipina melemah 0,1%, serta baht Thailand melemah 0,61%.

Pengamat forex Ibrahim Assuaibi mengatakan terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Dari luar negeri, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif baru sebesar 25% untuk semua impor baja dan aluminium.

Langkah ini meningkatkan kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan perdagangan dan dampak potensialnya terhadap ekonomi global. Tarif balasan China atas barang-barang AS akan mulai berlaku dan semakin berkontribusi pada sentimen yang lemah.

Dari dalam negeri, pemerintah dinilai perlu mendorong geliat industri manufaktur untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi 5,2% pada tahun 2025. Hal tersebut terlihat dari adanya indikasi tren deindustrialisasi dalam beberapa tahun terakhir.

Kondisi tersebut perlu disikapi mengingat manufaktur merupakan penyerap tenaga kerja terbesar. Jika industri manufaktur terus melemah, maka masyarakat akan kesulitan mencari pekerjaan. Akibatnya, makin banyak masyarakat yang bekerja di sektor informal.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper