Bisnis.com, JAKARTA – Kombinasi antara sentimen global dan domestik yang cenderung negatif telah membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok menuju level 6.875 hingga penutupan perdagangan hari ini.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat IHSG mengalami koreksi sebesar 2,12% atau 148,69 poin menuju level 6.875,54 pada Kamis (6/2/2025). Penurunan ini membuat indeks komposit melemah 3,06% sejak awal tahun alias year to date (YtD).
Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan kejatuhan IHSG dalam beberapa hari terakhir merupakan dampak dari sentimen pasar global, terutama dari kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS).
“Kebijakan perdagangan AS di bawah Donald Trump menerapkan tarif terhadap Kanada, Meksiko, dan China. Namun, di sela-sela itu, terdapat penundaan terhadap tarif Kanada dan Meksiko, yang menambah ketidakpastian,” ujarnya.
Kondisi makroekonomi Indonesia turut memberikan tekanan. Liza menuturkan deflasi dan pertumbuhan ekonomi yang meleset dari asumsi makro 2024, kendati masih bertahan di level 5%, menjadi faktor lain yang membebani indeks.
Dia menambahkan bahwa sektor perbankan juga memberikan dampak terhadap pelemahan IHSG. Salah satunya laporan keuangan Bank Mandiri yang memperlihatkan kinerja kurang menggembirakan pada 2024.
Baca Juga
Pelemahan sektor perbankan setidaknya tecermin dari dari kinerja indeks saham finansial. Pada hari ini, indeks tersebut menjadi salah satu sektor yang mengalami penurunan tajam dengan koreksi 2,24% menuju posisi 1.354,93.
Akibat tekanan ini, kata Liza, IHSG gagal bertahan di level 7.000. Dengan kondisi yang terjadi, dia memperkirakan indeks komposit kemungkinan bakal mencari support di level terendah pada tahun lalu yakni sekitar 6.650 - 6.700.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho menilai volatilitas pasar masih dipengaruhi oleh perubahan situasi global, termasuk kebijakan perdagangan AS yang belum stabil.
Adityo menambahkan sejumlah isu domestik ikut mempengaruhi, mulai dari upaya merapikan distribusi gas LPG yang berbuah kelangkaan dan langkah penghematan APBN yang menimbulkan keresahan di kalangan aparatur sipil negara (ASN).
“Ditambah situasi perdagangan global yang masih kalut akibat kebijakan tarif Donald trump yang maju mundur semakin memperkeruh awan ketidakpastian,” ucapnya.
Dia memandang bahwa sentimen global akan berdampak bagi Indonesia, terutama untuk sektor komoditas ekspor unggulan seperti crude palm oil (CPO), batu bara, nikel, dan timah, yang diperkirakan mengalami tekanan.
Pemulihan IHSG, kata Adityo, akan sangat bergantung pada berkurangnya tekanan berita negatif di pasar serta kembalinya arus dana asing secara solid ke Indonesia.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.