Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa seiring dengan sikap investor yang mencari aset safe haven setelah China membalas kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump. Sementara itu, harga Batu Bara dan CPO terpantau mengalami koreksi
Mengutip Reuters pada Rabu (5/2/2025), harga emas di pasar spot terpantau naik 1,1% menjadi US$2.844,56 per ounce setelah mencapai rekor tertinggi US$2.845,14 di awal sesi. Sementara itu, harga emas berjangka AS terpantau naik 0,7% pada US$2.875,80 per ounce.
"Berita tarif muncul seperti yang terjadi dalam semalam; saya pikir saat ini itulah pendorong utama dibandingkan hal-hal dan data lainnya yang keluar hari ini, (tapi) saya pikir hal itu akan dibayangi oleh berita tarif," kata ahli strategi pasar senior di RJO Futures, Bob Haberkorn.
“Dolar AS menguat memasuki minggu ini, namun dengan dolar yang lebih rendah, hal ini tentunya juga membantu harga emas,” kata Haberkorn.
Sementara itu, kurs dolar AS turun 0,9%, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
China memberlakukan tarif terhadap impor AS, dengan cepat merespons bea masuk baru AS, sehingga meningkatkan perang dagang antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia bahkan ketika Trump menawarkan keringanan hukuman kepada Meksiko dan Kanada.
Baca Juga
Tiga Pejabat bank sentral AS, The Fed, memperingatkan rencana tarif perdagangan pemerintahan Trump mempunyai risiko inflasi. Data menunjukkan lowongan pekerjaan di AS pada bulan Desember turun menjadi 7,6 juta, jauh di bawah perkiraan konsensus sebesar 8 juta, yang mengindikasikan potensi perlambatan ekonomi.
Emas batangan secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik, namun suku bunga yang lebih tinggi mengurangi daya tarik aset yang tidak memberikan imbal hasil.
Analis pasar senior di Kitco Metals, Jim Wyckoff, menyebut harga emas berpeluang menembus level US$3.000. Hal ini mengingat sifat disruptif dari pemerintahan AS saat ini yang menciptakan ketidakpastian pasar, ditambah dengan kemungkinan bank sentral meningkatkan pembelian emas untuk melakukan diversifikasi dari kepemilikan dolar AS.
Harga Batu Bara
Sementara itu, berdasarkan data dari Bar Chart, harga batu bara kontrak Februari 2025 di ICE Newcastle turun 2,94% ke level US$112,25 per metrik ton. Sementara itu, harga batu bara kontrak Maret 2025 melemah 2,69% ke level US$115,60 per metrik ton.
Laporan Tim ekonom Bank Dunia, Paolo Agnolucci, Matias Guerra Urzua dan Nikita Makarenko, menyebut, harga batu bara thermal kemungkinan akan turun pada 2025 dan 2026 karena konsumsi global yang lebih rendah.
Bank Dunia mengatakan, konsumsi batu bara thermal global diperkirakan akan menurun pada 2025 dan semakin menyusut pada 2026, menyusul kenaikan sebesar 1% pada enam bulan pertama tahun 2024
Mereka menyebut, permintaan listrik tambahan di China, konsumen batu bara terbesar di dunia, sebagian besar dipenuhi oleh energi terbarukan dan pembangkit listrik tenaga air, sementara India mendorong peningkatan konsumsi batu bara global pada paruh pertama tahun 2024.
"Konsumsi batu bara global diperkirakan akan sedikit menurun pada 2025, dan terus menurun pada 2026, seiring dengan semakin cepatnya peralihan ke energi terbarukan dan gas alam untuk pembangkit listrik, sehingga menggantikan batubara," jelas laporan tersebut.
Tim peneliti Bank Dunia melihat adanya penurunan harga batu bara thermal sebesar 12% pada 2025 dan 2026. Saat ini, harga batu bara termal Newcastle berada pada kisaran US$114,55 per ton.