Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Asia ditutup menguat naik pada Rabu (29/1/2025) di tengah fokus pasar yang beralih ke keputusan suku bunga Federal Reserve dan laba perusahaan-perusahaan besar AS.
Mengutip Bloomberg, indeks Topix Jepang ditutup menguat 0,68% ke level 2.775,59. Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,57% pada 8.447,01. Indeks Nifty50 India juga ditutup di zona hijau setelah menguat 077% ke level 23.133,55.
Adapun, sebagian besar pasar utama Asia lainnya tutup karena liburan Tahun Baru Imlek.
Rebound di bursa Asia terjadi setelah awal minggu yang sulit karena kekhawatiran bahwa model kecerdasan buatan murah dari perusahaan rintisan China, DeepSeek, mungkin membuat penilaian teknologi yang telah mendorong pasar saham sulit dibenarkan.
Namun, investor seperti Steve Cohen mengatakan hal tersebut mungkin akan berdampak positif untuk industri. Para investor kini menantikan keputusan Fed mengenai suku bunga dan dimulainya musim pelaporan perusahaan teknologi besar AS pada Rabu waktu setempat.
“Keadaan telah mereda di DeepSeek dan investor tampaknya lebih berhati-hati. Kami sekarang melihat pada pendapatan dan The Fed – yang pertama lebih penting karena yang terakhir mungkin tidak akan terlalu berpengaruh," kata Kyle Rodda, analis pasar senior di Capital.Com Inc.
Baca Juga
Sementara itu, pejabat Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan biaya pinjaman tetap stabil pada Rabu (29/1/2025) waktu setempat seiring dengan permintaan yang sehat dan inflasi yang optimal.
Saat pertemuan Fed dimulai, para pedagang obligasi meningkatkan taruhan bullish pada obligasi pemerintah AS dengan harapan bahwa Ketua Jerome Powell mengisyaratkan pemangkasan suku bunga pada bulan Maret sudah pasti akan terjadi.
Sebuah survei yang dilakukan oleh 22V Research menunjukkan 67% responden memperkirakan reaksi terhadap Fed pada hari Rabu akan beragam atau tidak berarti, sementara 21% mengatakan menghindari risiko dan 12% mengambil risiko.
"Sederhananya, kisah fundamental AS yang kuat tentang pertumbuhan yang kuat, inflasi yang meningkat, dan Fed yang lebih agresif terus mendukung imbal hasil AS yang lebih tinggi dan dolar yang lebih kuat," ujar Win Thin di Brown Brothers Harriman dalam sebuah catatan.
Di AS, meski laba dari sekelompok perusahaan raksasa yang disebut Magnificent Seven masih meningkat — dan jauh melampaui pasar lainnya — pertumbuhan diproyeksikan akan mencapai kecepatan paling lambat dalam hampir dua tahun.
“Sekarang keadaan mulai tenang setelah perhitungan AI yang telah lama tertunda pada hari Senin, dan meski kami masih percaya pada kisah produktivitas yang digerakkan oleh AI, berinvestasi di sektor ini ke depannya mungkin tidak semudah dua tahun terakhir. Kami berharap investor lebih cermat dan selektif dalam hal investasi AI," kata Emily Bowersock Hill di Bowersock Capital Partners.