Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Tunggu Hasil Rapat The Fed, Bursa Asia Menguat

Bursa Asia mengawali perdagangan Rabu (29/1/2025) dengan penguatan menyusul tren serupa di Wall Street menjelang keputusan suku bunga The Fed
Papan saham elektronik menampilkan grafik pergerakan indeks Nikkei 225 di luar perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 6 Januari 2025./Bloomberg-Kiyoshi Ota
Papan saham elektronik menampilkan grafik pergerakan indeks Nikkei 225 di luar perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 6 Januari 2025./Bloomberg-Kiyoshi Ota

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa di kawasan Asia dibuka naik pada Rabu (29/1/2025) pagi menyusul tren serupa di Wall Street seiring dengan fokus pasar yang beralih ke keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dan laba perusahaan-perusahaan besar AS. 

Mengutip Bloomberg, indeks Topix Jepang terpantau menguat 0,35% ke level 2.766,66 sedangkan Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,91% pada 8.475,80. 

Indeks Nikkei 500 juga terpantau menguat 0,45% sampai dengan pukul 09.35 WIB. Adapun, sebagian besar pasar utama Asia lainnya tutup karena liburan Tahun Baru Imlek.

Saham berjangka AS turun setelah S&P 500 naik 0,9% dan Nasdaq 100 naik 1,6% pada perdagangan Selasa (28/1/2024) kemarin. Sementara itu, dolar AS dan harga minyak menguat setelah Presiden Donald Trump berbicara tentang tarif menyeluruh.

Kenaikan saham terjadi setelah awal minggu yang sulit karena kekhawatiran pasar bahwa model kecerdasan buatan murah dari perusahaan rintisan China, DeepSeek, mungkin dapat membuat koreksi lebih dalam pada nilai perusahaan teknologi.

Namun, evaluasi ulang dari orang-orang seperti Steve Cohen mengatakan hal tersebut mungkin baik untuk industri. Para investor di Asia kini akan menantikan keputusan Fed mengenai suku bunga dan dimulainya musim pelaporan perusahaan teknologi jumbo pada Rabu. Laporan keuangan ini bakal menjadi ujian utama bagi para investor di perusahaan-perusahaan AI.

“Apakah itu sedikit meresahkan? Ya, bagi sebagian orang. Haruskah Anda panik? Sama sekali tidak. Jika Anda berbicara dengan siapa pun yang membeli saham kemarin, mereka menyukai kesempatan untuk membeli beberapa nama ini dengan diskon besar. Pada akhirnya, apa pun hasilnya, persaingan itu bagus. Dan ingat, Anda mendapatkan apa yang Anda bayar," kata Kenny Polcari di SlateStone Wealth.

Sementara itu, inflasi inti Australia menurun lebih dari yang diharapkan dalam tiga bulan terakhir 2024. Dolar Australia melemah dan imbal hasil obligasi tiga tahun yang sensitif terhadap kebijakan turun 5 basis poin karena adanya spekulasi bahwa Bank Sentral akan segera memulai siklus pelonggaran moneter.

Di AS, meski laba dari sekelompok perusahaan raksasa yang disebut Magnificent Seven masih meningkat—dan jauh melampaui pasar lainnya—pertumbuhan diproyeksikan akan mencapai kecepatan paling lambat dalam hampir dua tahun.

“Sekarang keadaan mulai tenang setelah perhitungan AI yang telah lama tertunda pada hari Senin, dan sementara kami masih percaya pada kisah produktivitas yang digerakkan oleh AI, berinvestasi di sektor ini ke depannya mungkin tidak semudah dua tahun terakhir. Kami berharap investor lebih cermat dan selektif dalam hal investasi AI," kata Emily Bowersock Hill di Bowersock Capital Partners.

Sementara itu, pejabat Fed diperkirakan secara luas akan mempertahankan bunga tetap stabil pada Rabu (29/1/2025) waktu setempat seiring dengan permintaan yang sehat dan inflasi yang optimal.

Saat pertemuan Fed dimulai, para pedagang obligasi meningkatkan taruhan bullish pada obligasi pemerintah AS dengan harapan bahwa Jerome Powell bakal mengisyaratkan kepastian pemangkasan suku bunga pada Maret.

Sebuah survei yang dilakukan oleh 22V Research menunjukkan 67% responden memperkirakan reaksi terhadap Fed pada hari Rabu akan beragam atau tidak berarti, sementara 21% mengatakan menghindari risiko dan 12% mengambil risiko.

Adapun imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun sedikit berubah pada 4,53%. Indeks Bloomberg Dollar Spot naik 0,3%.

"Sederhananya, kisah fundamental AS yang kuat tentang pertumbuhan yang kuat, inflasi yang meningkat, dan Fed yang lebih agresif terus mendukung imbal hasil AS yang lebih tinggi dan dolar yang lebih kuat," ujar Win Thin di Brown Brothers Harriman, dalam sebuah catatan. 

Berdasarkan beberapa ukuran, pertemuan Fed kali ini diperkirakan tak akan menimbulkan reaksi yang signifikan di pasar saham.

"Pasar tidak mengharapkan penurunan suku bunga dan akan fokus pada apa yang diproyeksikan Fed untuk sisa tahun 2025," kata Bowersock Hill. 

Bowersock Hill menambahkan, baik inflasi maupun suku bunga akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, dirinya tidak akan terkejut melihat satu penurunan suku bunga pada tahun 2025, atau bahkan tidak ada sama sekali.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper