Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PGN (PGAS) Bidik Distribusi Gas Naik hingga 12% pada Tahun Ini

PGAS menargetkan volume distribusi gas di rentang  873 billion BBtud sampai dengan 958 BBtud pada 2025.
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN

Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) atau PGN menargetkan volume distribusi gas yang lebih tinggi sebesar 873 billion british thermal unit per day (BBtud) sampai dengan 958 BBtud pada tahun ini. 

Hitung-hitungan itu didapat dari potensi permintaan industri yang lebih besar di Jawa Barat, Batang-Kendal, pembangkit listrik di Batam dan industri oleokimia di Dumai. Sementara itu, estimasi realisasi volume distribusi gas untuk tahun 2024 mencapai 852 BBtud.

“Kami memproyeksikan pertumbuhan demand yang berasal dari beberapa kawasan industri,” kata Corporate Secretary PGAS Fajriyah Usman saat dikonfirmasi, Selasa (28/1/2025). 

Sementara itu, PGAS memproyeksikan penurunan volume transmisi gas dan regasifikasi masing-masing menjadi 1.369 juta kaki kubik per hari (MMScfd) 168 BBtud tahun ini.  

Proyeksi itu disebabkan karena susutnya pasokan gas dari hulu dan pengurangan di unit penyimpanan dan regasifikasi terapung (FSRU) Lampung. 

Kendati demikian, Fajriyah menambahkan, perseroannya turut mempertimbangkan adanya tantangan ketersediaan pasokan dari lapangan gas terkontrak. 

Dengan demikian, Fajriyah mengatakan, proyeksi pertumbuhan distribusi gas tahun ini dipatok pada rentang sekitar 2,4% sampai dengan 12%. 

Proyeksi pertumbuhan distribusi gas itu dibuat di tengah komitmen pemerintah untuk menaikkan harga gas bumi tertentu atau HGBT tahun ini. 

Adapun, harga gas industri itu bakal dikerek lebih tinggi dari kebijakan tahun lalu pada level US$6 per MMBtu. Rencananya, HGBT untuk bahan baku industri ditarik ke kisaran US$6,5 per MMBtu dan HGBT untuk pembangkit di kisaran US$7 per MMBtu.  

Di sisi lain, penerima manfaat HGBT itu tidak berubah dari aturan sebelumnya yakni tujuh industri yang terdiri dari pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, dan sarung tangan karet.

Ihwal potensi susut pasokan gas pipa itu, Fajriyah menuturkan, perseroan belakangan menaikan porsi volume gas dari hasil regasifikasi gas alam cair (LNG). 

“Kenaikan gas regasifikasi LNG sebesar 20% dari total volume niaga di tahun 2025 merupakan antisipasi Perseroan terhadap penurunan sumber pasokan gas pipa dari pemasok gas,” kata dia. 

Seperti diberitakan sebelumnya, PGAS mencatat laba bersih sebesar US$263,38 juta sepanjang Januari-September 2024. Torehan laba bersih itu naik 32,69% dari posisi yang sama tahun sebelumnya di level US$198,49 juta.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2024, PGN membukukan pendapatan sebesar US$2,81 miliar atau naik 4,67% dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya pada level US$2,69 miliar.  

Pendapatan itu berasal dari transaksi dengan pihak berelasi dan pihak ketiga dengan kontribusi masing-masing sebesar US$913,97 juta dan US$1,9 miliar.  

Adapun, sebagian besar pendapatan berasal dari niaga gas bumi dan penjualan minyak dan gas bumi kepada pihak ketiga dengan nilai masing-masing US$1,38 miliar dan US$212,46 juta. 

Di sisi lain, beban pokok pendapatan PGAS selama periode 9 bulan 2024 tercatat sebesar US$2,22 miliar, naik 2,8% dari posisi tahun sebelumnya.  

Dari pos beban ini, PGAS mencatatkan penurunan dari sisi pembelian gas bumi dan aktivitas hulu migas masing-masing ke level US$1,35 miliar dan US$227,53 juta. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper