Bisnis.com, JAKARTA — Bank digital kongsi Grab dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), PT Super Bank Indonesia (Superbank) dikabarkan berencana mencatatkan penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) pada tahun ini. Rencana IPO Superbank tersebut dinilai mampu menggairahkan sektor saham bank digital yang belakangan gencar melakukan aksi korporasi.
Dilansir dari Bloomberg, sumber yang mengetahu rencana tersebut mengatakan Superbank sedang mempertimbangkan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mengincar dana penjualan saham potensial senilai US$200 juta hingga US$300 juta atau Rp3,25 triliun hingga Rp4,88 triliun (kurs Rp16.270 per dolar AS).
Selain itu, Superbank dikabarkan mengincar valuasi senilai US$1,5 miliar hingga US$2 miliar dalam pencatatan saham perdananya nanti. Adapun, saat ini, rencana IPO Superbank dikabarkan masih dalam tahap awal dan belum menghasilkan keputusan.
Kepada Bisnis, Juru Bicara Superbank menjelaskan bahwa perusahaan tidak dapat memberikan komentar terkait rumor atau spekulasi yang beredar atas kabar rencana IPO.
"Fokus kami saat ini adalah terus menghadirkan solusi keuangan inovatif dan mendorong pertumbuhan inklusif bagi nasabah kami," kata Juru Bicara Superbank kepada Bisnis pada Selasa (14/1/2025).
Sementara itu, sebagai pemegang saham utama Superbank, pihak Emtek pun buka suara atas kabar rencana IPO Superbank. Corporate Communication Head Emtek Beverly Gunawan mengatakan Emtek sepenuhnya mendukung langkah Superbank.
Baca Juga
"Saat ini, kami sepenuhnya mendukung fokus Superbank dalam menghadirkan solusi keuangan inovatif dan mendorong pertumbuhan inklusif bagi nasabahnya," kata Beverly Selasa (14/1/2025).
Di sisi lain, rencana IPO Superbank dinilai prospektif untuk diserap pelaku pasar. Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan sejauh ini pelaku pasar dan investor merindukan akan kiprah sektor perbankan, terutama bank digital di pasar saham.
Kiprah bank digital di pasar saham sempat ramai pada medio 2022. Saat itu, marak aksi korporasi, berupa akuisisi di sektor perbankan dan kemudian menghasilkan nama-nama baru bank digital di Tanah Air. Taipan Jerry Ng misalnya mengakuisisi saham PT Bank Artos Indonesia Tbk. (ARTO) dan kemudian bertransformasi menjadi bank digital dengan nama Bank Jago.
Lalu, konglomerat Chairul Tanjung mengakuisisi PT Bank Harda Internasional Tbk. (BBHI) dan bertransformasi menjadi bank digital dengan nama Allo Bank.
"Kehadiran Superbank juga menjadi kian menarik, karena adanya Grab dan Singtel serta terakhir ada KakaoBank yang masuk ke dalam Superbank," ujar Nicodemus kepada Bisnis pada Selasa (14/1/2025).
Superbank merupakan bank digital yang sebelumnya bernama PT Bank Fama International. Kemudian, entitas Emtek hingga Grab masuk dan bank pun berganti nama menjadi Superbank.
Berdasarkan laman resminya, saat ini pemegang saham terbesar Superbank adalah Emtek melalui PT Elang Media Visitama dengan porsi saham 31,27%. Lalu, Singtel Alpha Investments Pte. Ltd. menggenggam 20,56% porsi saham.
Kemudian, Grab melalui PT Kudo Teknologi Indonesia menggenggam 19,26% porsi saham di Superbank dan AS-DB Holdings Pte. Ltd. menggenggam 11,58% porsi saham. Selain itu, bank digital asal Korea Selatan, KakaoBank Corp memegang 10% saham Superbank.
"Namun berbicara bank digital, tidak hanya berbicara mengenai siapa yang ada di dalamnya. Akan tetapi, ekosistem digital seperti apa yang dapat ditawarkan kepada pengguna, agar mampu memberikan nilai tambah," kata Nicodemus.
Menurutnya, apabila ekosistem digital yang diberikan menarik atau bahkan mampu mendisrupsi pasar, prospek IPO kian cerah. "Pelaku pasar dan invesetor akan dengan senang hati berinvestasi," tuturnya.
Akan tetapi, saat ini Superbank masih berkutat dengan kerugian. Sampai periode kuartal III/2024, rugi bersih Superbank mencapai Rp285,74 miliar. Kerugian Superbank juga membengkak 12,17% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp254,74 miliar.
Meski begitu, hingga akhir September 2024, Superbank telah membukukan total dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp3,2 triliun, tumbuh pesat 328% yoy. Lalu, penyaluran kredit Superbank mencapai Rp4,9 triliun, tumbuh pesat 189% yoy.
Sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit tersebut, total aset Superbank juga meningkat 77% yoy menjadi Rp9,7 triliun.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.