Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan AS Turun ke Level Terendah sejak 2014, Minyak Mentah Terus Memanas

Minyak menguat pada awal perdagangan Jumat (10/1/2025) menyusul penurunan stok minyak mentah di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, AS.
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah mencatat penguatan hari kedua berturut-turut -pada awal perdagangan Jumat (10/1/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,43% ke level US$74,24 per barel pada pukul 7.35 WIB.

Sementara itu, harga minyak patokan Brent untuk kontrak Maret 2025 terpantau menguat 1% ke level US$76,92 per barel.

Penguatan harga minyak didorong oleh penurunan stok minyak mentah di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, AS, yang mencapai level terendah sejak 2014 meskipun inflasi konsumen di China terus menurun mendekati nol.  

WTI diperkirakan mencatat kenaikan mingguan ketiga, yang didorong oleh cuaca dingin yang meningkatkan permintaan bahan bakar pemanas dan berpotensi mengganggu operasional kilang di AS.

Ketidakpastian geopolitik juga turut memengaruhi pasar, dengan kembalinya Presiden terpilih Donald Trump ke Gedung Putih yang menimbulkan risiko terhadap pasokan minyak Iran dan memunculkan kekhawatiran akan perang dagang yang dapat mengurangi permintaan energi global.  

Trump diperkirakan akan segera mengesahkan pengeboran baru di lahan federal melalui rangkaian perintah eksekutif pada hari-hari pertama setelah pelantikannya pada 20 Januari.

Ia juga berencana memberlakukan tarif impor pada semua produk dari Kanada, yang kemungkinan besar mencakup minyak mentah.  

Sementara itu, ekspor minyak laut Rusia turun ke level terendah sejak Agustus 2023. Akibatnya, kilang-kilang India mulai mengalihkan pembelian mereka ke minyak mentah Timur Tengah setelah gagal mendapatkan volume minyak Rusia yang diharapkan, menurut laporan para pedagang.  

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper