Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Catat Level Tertinggi sejak Oktober 2024, Ini Pemicunya

Investor mencermati dampak cuaca dingin di belahan bumi utara dan arah kebijakan ekonomi China terhadap permintaan minyak global.
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024. / Bloomberg-Anthony Prieto
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024. / Bloomberg-Anthony Prieto

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak dunia menguat dan berada pada level tertinggi sejak Oktober 2024 karena investor mengamati dampak cuaca dingin di Belahan Bumi Utara dan langkah-langkah stimulus ekonomi China terhadap permintaan bahan bakar global.

Mengutip Reuters pada Senin (6/1/2025), harga minyak mentah jenis Brent 0,2% atau naik 15 sen menjadi US$76,66 per barel setelah ditutup pada level tertinggi sejak 14 Oktober pada Jumat (3/1/2025) lalu. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS atau WTI naik 22 sen, atau 0,3%, pada US$74,18 per barel.

Pergerakan harga minyak dipengaruhi sentimen China yang tengah meningkatkan stimulus fiskal untuk merevitalisasi ekonominya. Pada Jumat lalu, pemerintah China mengumumkan mereka akan meningkatkan pendanaan dari obligasi pemerintah jangka panjang pada 2025 untuk memacu investasi bisnis dan inisiatif untuk meningkatkan konsumen.

Pada hari yang sama, bank sentral China, People's Bank of China (PBOC), juga mengatakan pihaknya akan memangkas rasio persyaratan cadangan bank dan suku bunga pada waktu yang tepat.

Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi yang melambat dan transisi ke bahan bakar yang lebih bersih di sektor transportasi membebani impor minyak mentah dan permintaan bahan bakar di China, importir minyak terbesar di dunia dan konsumen nomor dua.

Dari sisi pasokan, Goldman Sachs memperkirakan produksi dan ekspor Iran akan turun pada kuartal kedua sebagai akibat dari perubahan kebijakan dan sanksi yang lebih ketat dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Goldman Sachs menyebut bahwa produksi produsen OPEC itu bisa turun 300.000 barel per hari menjadi 3,25 juta barel per hari pada kuartal kedua.

Sementara itu, laporan mingguan Baker Hughes mencatat, jumlah rig minyak AS, indikator produksi masa depan, turun satu menjadi 482 unit pada minggu lalu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper