Bisnis.com, JAKARTA — Investor mematok ekspektasi tinggi terhadap token kripto terkait kecerdasan buatan atau artificial intelligence pada 2025. Riset Binance pun membuktikan bahwa token AI menjadi sub-sektor paling diminati dan menjadi incaran para investor.
Survei yang melibatkan 27.230 responden pengguna Binance di Asia, Australia, Eropa, Afrika, dan Amerika Latin, dan dipublikasikan pada Desember 2024 itu mengungkap bahwa 23,89% pengguna mengaku percaya token kripto terkait artificial intelligence (AI) akan menjadi penggerak pasar Altcoin, bahkan pasar kripto secara umum pada 2025.
Adapun, setelah token AI, ada juga Memecoin yang dilirik mencapai 19,09% dari total responden, disusul token terkait Decentralized Finance (DeFi) sebesar 12,37%, dan jenis token Layer-1 sebesar 12,28%.
"Investor punya ekspektasi akan lebih banyak regulasi terkait kripto pada 2025, sementara pada saat bersamaan, token AI pun semakin diminati. Ini mencerminkan persepsi positif para investor soal potensi adopsi mainstream dan inovasi teknologinya pada 2025," tulis riset Binance, dikutip pada Rabu (25/12/2024).
Berdasarkan data Coinmarketcap, saat ini token terkait AI memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp882 triliun.
Di dalamnya, 5 besar token teratas secara berturut-turut, antara lain Near Protocol (NEAR) dengan kapitalisasi pasar Rp109 triliun, Internet Computer (ICP) Rp87,5 triliun, Render Network (RENDER) Rp64,8 triliun, Bittensor (TAO) Rp60,3 triliun, dan Artificial Superintelligence Alliance (FET) Rp53,9 triliun.
Baca Juga
Kenapa Kripto AI Makin Diminati?
Platform edukasi kripto Pintu Academy menjelaskan bahwa token AI dianggap masa depan, sebab teknologi blockchain mampu memberikan akses desentralisasi terkait pengembangan dan penggunaan AI secara riil dan punya kegunaan nyata.
"AI berkembang pesat, tetapi pengembangannya selama ini didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Microsoft dan Google. Eksklusivitas ini membatasi akses bagi peneliti independen dan menimbulkan masalah seperti keamanan data, serta keterbatasan daya komputasi," jelas Pintu Academy dalam laporannya terkait desentralisasi AI.
Secara umum, menggabungkan AI dengan teknologi blockchain memungkinkan pengembangan teknologi yang lebih terbuka, aman, dan efisien, karena keputusan dan pengelolaannya didistribusikan melalui komunitas pengembang (developer), bukan oleh suatu entitas perusahaan secara eksklusif.
Lantas, dari sisi investor kripto, proyek-proyek blockchain terkait AI pun dianggap memiliki nilai guna riil yang nyata dan jelas. Tidak heran, token terkait AI menjadi salah satu yang sub-sektor Altcoin yang semakin dilirik.
Sebagai contoh, token RENDER merupakan proyek penyedia daya komputasi graphics processing unit (GPU) terdesentralisasi yang dibantu AI. Berguna mempertemukan antara pihak yang butuh melakukan rendering proyek 3D, seperti film, animasi, gim, sampai realitas virtual, dengan pihak yang memiliki perangkat GPU menganggur.
Sekadar info, film animasi populer yang tampil di bioskop bisa membutuhkan waktu 33 jam untuk render satu frame saja. Oleh sebab itu, bantuan-bantuan berbasis AI seperti proyek blockchain di token RENDER pun dianggap solusi, sebab membuka salah satu jalan mempercepat proses pembuatan karya-karya render 3D di masa depan.
Di sisi lain, para pemilik perangkat keras GPU yang menganggur pun diuntungkan, karena bisa memanfaatkan asetnya itu secara lebih produktif lewat ikut komunitas RENDER. Para pemilik GPU ini akan dibayar dengan token RENDER setelah merampungkan pekerjaan, atau prinsipnya mirip seperti menambang Bitcoin (BTC).
Berikutnya, ada juga token ICP yang merupakan proyek kripto penyedia pusat data terdesentralisasi, salah satunya termasuk memungkinkan akses developer dalam mengembangkan model AI kompleks yang bisa berjalan secara langsung di dalam blockchain.
Lewat akses tersebut, daya komputasi untuk melatih model AI pun bisa diperoleh dari jaringan terdesentralisasi. Akhirnya, pengembang tak perlu sampai mengeluarkan modal jumbo buat membeli komputer super di muka, atau menyewa pusat data raksasa untuk mengembangkan model AI besutannya.
Sama halnya seperti token RENDER, individu atau organisasi menyediakan sumber daya komputasi untuk jaringan ICP juga akan mendapatkan imbalan dalam bentuk aset kripto.
"Blockchain membantu AI dengan mendesentralisasi sistem, meningkatkan keamanan data, dan memanfaatkan jaringan komputasi bersama. Dalam sistem ini, data dienkripsi dengan teknologi blockchain, sehingga hanya pihak berwenang yang bisa mengaksesnya, mengurangi risiko kebocoran data," tambahnya.
Beberapa proyek kripto lain yang memanfaatkan decentralized AI adalah SingularityNET (AGIX) sebagai marketplace AI, token Fetch AI (FET) untuk otomatisasi agen ekonomi, Bittensor (TAO) yang membangun jaringan machine learning terbuka, dan Alethea (ALI) yang memungkinkan pembuatan avatar interaktif berbasis AI.
Pada akhirnya, blockchain juga memungkinkan otomatisasi agen AI untuk mengeksekusi smart contract tanpa campur tangan manusia, mempercepat berbagai proses di industri, seperti e-commerce, pariwisata, hingga sistem transportasi.
"Meskipun integrasi blockchain dan AI masih berada di tahap awal, potensinya sangat besar. Teknologi ini dapat menciptakan sistem AI yang lebih inklusif dan mengurangi kesenjangan digital. Masa depan decentralized AI akan semakin menarik dan berpotensi mengubah banyak industri," tutup laporan Pintu Academy.