Bisnis.com, JAKARTA — Sederet emiten sektor transportasi dan logistik yang tergabung dalam indeks sektoral IDXTRANS mencatatkan kinerja sektoral paling jeblok pada tahun ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDXTRANS mengalami pelemahan 0,38% pada perdagangan hari ini, Kamis (19/12/2024) ke level 1.270,1. IDXTRANS pun ambrol 20,69% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), dua pekan jelang berakhirnya 2024.
Sepanjang 2024, IDXTRANS pun menjadi indeks sektoral yang turun paling dalam. Sektor lainnya seperti teknologi turun 10,3% ytd, finansial turun 5,27% ytd, dan basic materials turun 5,38% ytd.
Harga saham deretan emiten transportasi dan logistik pun ambrol pada tahun ini. Harga saham PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) misalnya turun 21,08% ytd.
Selain itu, harga saham PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) turun 22,35% ytd dan PT Temas Tbk (TMAS) turun 12,96%.
Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati mengatakan lesunya saham-saham sektor transportasi dan logistik saat ini terjadi seiring dengan pelemahan permintaan, seperti dari sektor manufaktur. Daya beli masyarakat pun terjadi pelemahan.
Baca Juga
"Ini karena kan ekonomi kita juga masih agak menantang," ujarnya beberapa waktu lalu.
Kinerja keuangan sejumlah emiten transportasi dan logistik pun jeblok. Berdasarkan laporan keuangan, kinerja laba SMDR misalnya turun 35,01% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$41,34 juta per kuartal III/2024. Lalu, TMAS mencatatkan penurunan laba 36,04% yoy menjadi Rp404,71 miliar per kuartal III/2024.
Menurutnya, pada 2025, terdapat peluang pertumbuhan bisnis transportasi dan logistik seiring dengan geliat ekonomi. "Pada 2025 nanti, aktivitas pengiriman, logistik, pergudangan itu sudah beda atmosfernya. Jadi harusnya untuk transportasi dan logistik itu bisa pulih," tutur Ike.
Sebelumnya, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan catatan merah saham IDXTRANS tahun ini didominasi emiten perkapalan. "Emiten perkapalan saat ini sedang turun, sehingga wajar jika IDXTRANS masih berada di zona merah," ujarnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
Selain itu, lemahnya konsumsi domestik serta daya beli masyarakat pada tahun ini menjadi tantangan.
Lemahnya kinerja keuangan emiten transportasi dan logistik terjadi juga seiring dengan lesunya industri manufaktur Indonesia. Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur RI pada Oktober 2024 masih berada di level kontraksi yaitu 49,2.