Bisnis.com, JAKARTA – Emiten alat berat PT Intraco Penta Tbk. (INTA) menyiapkan kuda-kuda untuk menghadapi tantangan akibat membanjirnya produk-produk alat berat impor asal China yang semakin mendominasi pasar domestik.
Direktur Utama INTA Petrus Halim menuturkan bahwa di tengah tantangan tersebut, perseroan akan berupaya mempertahankan pangsa pasar, persaingan harga dan fokus pada nilai tambah guna meredam persaingan dengan merek-merek asal China.
“Kami juga akan menjaga kualitas serta tingkat pelayanan kepada pelanggan, khususnya dalam hal layanan purnajual, memastikan ketersediaan suku cadang, dan kesiapan mekanik,” ujarnya dalam paparan publik, Kamis (19/12/2024).
Kendati masih diselimuti tantangan, Petrus menilai bahwa industri alat berat di Indonesia diperkirakan mengalami pemulihan bertahap 2025.
Pemulihan tersebut seiring dengan stabilitas ekonomi yang terjaga, peningkatan harga komoditas, dan keberlanjutan proyek-proyek strategis pemerintah pusat di era pemerintahan baru Presiden RI Prabowo Subianto.
“Faktor stabilitas harga komoditas, pemulihan proyek infrastruktur, diversifikasi sektor pertanian dan kehutanan, serta kebijakan-kebijakan pendukung pemerintah yang baru nantinya akan turut mendukung industri dalam negeri,” ucapnya.
Baca Juga
Petrus mengeklaim penjualan alat berat merek LiuGong sejak 2020 terus bertumbuh dan sebagian besar akan memasuki usia penggantian components drivetrain. Hal ini bakal berdampak pada pertumbuhan salah satu inti bisnis perusahaan, yakni program pertukaran komponen dan pertumbuhan penjualan suku cadang LiuGong.
Meski demikian, hingga kuartal III/2024, INTA membukukan penurunan pendapatan usaha sebesar 6% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp660,75 miliar.
Penurunan itu disebabkan oleh melemahnya kinerja penjualan yang turun dari posisi Rp632,02 miliar menjadi Rp620,6 miliar per September 2024. Namun, segmen usaha penjualan suku cadang masih bertumbuh 19% YoY menjadi Rp249,46 miliar.
Petrus menyatakan bahwa ke depan, perseroan akan berfokus dalam key account sektor industri pertambangan khususnya batubara dan nikel, serta industri lainnya mulai dari agribisnis, minyak dan gas, infrastruktur, hingga konstruksi.
_______________________
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.