Bisnis.com, JAKARTA — PT Intraco Penta Tbk (INTA) menargetkan pertumbuhan penjualan alat berat pada 2025 seiring dengan strategi diversifikasi pasar.
Direktur Utama INTA Petrus Halim mengatakan pada 2025, perseroan melihat adanya peluang pemulihan industri alat berat yang didukung oleh stabilisasi harga komoditas dan keberlanjutan proyek-proyek infrastruktur pemerintah.
Oleh karena itu, perseroan akan tetap fokus kepada sektor pertambangan dan berupaya melakukan diversifikasi ke sektor pertanian dan kehutanan, serta memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan daya saing.
“Dengan strategi ini, INTA optimis dapat meraih pertumbuhan yang lebih baik pada 2025,” jelasnya dalam keterangan resmi, Kamis (26/6/2025).
INTA memiiki pengalaman panjang lebih dari 50 tahun sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang penyedia alat berat, alat konstruksi dan pendukung, fabrikasi dan infrastruktur, serta pembangkit listrik.
Petrus Halim menyampaikan dalam menghadapi tantangan ekonomi yang terjadi sepanjang 2024, INTA telah merumuskan berbagai strategi dan kebijakan untuk menjaga keberlanjutan bisnis serta meningkatkan daya saing di industri alat berat.
Baca Juga
Dari aspek keuangan, INTA mencatatkan pendapatan usaha Rp954,68 miliar, dengan kontribusi utama berasal dari segmen alat berat dan alat konstruksi sebesar 93,61%. Realisasi pendapatan turun dari sebelumnya Rp1,0 triliun seiring dengan adanya dinamika pasar serta perubahan strategi distribusi dan pendekatan pelanggan yang sedang dioptimalisasi.
Perseroan membukukan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp117,84 miliar, yang mencerminkan adanya tekanan margin yang masih menjadi tantangan bersama di tengah proses adaptasi terhadap kondisi pasar dan pembiayaan.
Namun demikian, beban pokok pendapatan dan beberapa elemen biaya berhasil dikelola lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, yang turut mendukung upaya efisiensi operasional secara menyeluruh.
Sementara itu, jumlah aset perseroan per 31 Desember 2024 juga terkoreksi 4,23% dari sebesar Rp2,47 triliun di akhir tahun sebelumnya menjadi Rp2,37 triliun. Rugi bersih tahun berjalan naik Rp59 miliar atau 100,28% menjadi sebesar Rp117,84 miliar dibandingkan 2023 sebesar Rp58,84 miliar. Perseroan mengalami rugi bersih di tahun 2024 yang disebabkan oleh pendapatan usaha yang menurun.
“Melihat kondisi pasar yang cukup menantang di tahun 2024 kemarin turut berdampak ke kinerja INTA yang terkoreksi. Namun, tahun 2025 ini diharapkan industri ini dapat pulih kembali dan INTA optimis tahun 2025 dapat mencapai target penjualan sesuai dengan target yang ditetapkan,” kata Petrus Halim.