Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten yang tergabung dalam indeks saham BUMN seperti BMRI, BBRI hingga PGEO diyakini bakal moncer pada perdagangan pekan ini tersengat momentum window dressing dan santa claus rally pada akhir tahun ini.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa dua momentum tersebut berpeluang besar menyengat harga saham emiten pelat merah berkapitalisasi jumbo atau big caps.
Santa claus rally merujuk kepada kondisi nilai pasar saham yang cenderung melesat selama pekan terakhir Desember hingga dua hari pertama perdagangan tahun baru. Momen tersebut dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari pertimbangan pajak hingga aksi investor memborong saham dengan bonus liburan.
Sementara itu, window dressing merupakan strategi yang digunakan manajer investasi untuk meningkatkan penampilan kinerja saham atau reksa dana sebelum disajikan kepada investor atau pemegang saham.
Biasanya, dalam momentum itu, manajer investasi menjual saham dengan kerugian besar dan membeli saham dengan harga tinggi menjelang akhir tahun.
“Dua momentum ini adalah peluang bagi para pelaku pasar, seperti investor atau fund manager untuk mempercantik kinerja portofolio mereka,” ujar Nafan saat dihubungi, Jumat (6/12/2024).
Baca Juga
Menurutnya, manajer investasi dapat memanfaatkan momentum santa claus rally dan window dressing untuk mendapatkan dividen atau capital gain. Mengingat emiten BUMN umumnya berkomitmen penuh dalam membagikan dividen.
Di sisi lain, kinerja fundamental emiten pelat merah rata-rata juga bertumbuh. Sebut saja emiten perbankan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang menunjukkan kinerja positif berkat katalis pertumbuhan kredit.
“Bank-bank itu mampu menjaga likuiditas yang memadai, sehingga dapat mencegah terjadinya banking turmoil. Sebagai contoh, rasio NPL [non-performing loan] mereka masih bisa ditekan hingga sekitar 3% yang merupakan angka cukup baik,” ucapnya.
Bank turmoil merupakan kondisi ketidakpastian yang terjadi di industri perbankan. Hal ini biasanya disebabkan oleh masalah fundamental dalam bank-bank tertentu, seperti persoalan krisis likuiditas ataupun tingkat kredit bermasalah.
Nafan menilai saham pelat merah juga berpotensi meraih katalis positif dari peluang pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia (BI), yang berencana menerapkan kebijakan pro-growth pada akhir tahun ini atau awal 2025.
“Dengan terpenuhinya aspek pro-stability, hal ini bisa menjadi peluang bagi bank untuk meningkatkan ekspansi kredit. Ini tentu berkaitan dengan penurunan biaya pinjaman, sehingga dapat dimanfaatkan oleh sektor perbankan,” pungkasnya.
Di tengah proyeksi tersebut, Nafan menyematkan rekomendasi beli untuk saham BBNI, BBRI, dan BMRI. Target saham untuk BBNI diestimasikan sebesar Rp5.250, BBRI mencapai Rp4.780, dan target harga BMRI Rp6.525.
Untuk sektor di luar perbankan, Mirae merekomendasikan beli untuk TLKM dengan target Rp3.010 dan saham PGEO mencapai Rp1.110. Rekomendasi serupa juga diberikan kepada PGAS dengan target Rp1.750, sedangkan ANTM sebesar Rp1.765.
Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo mengatakan Kinerja indeks saham BUMN diperkirakan masih menunjukkan performa negatif. Kendati begitu, Abdul menilai kondisi ini menjadi momentum investor untuk menyerok saham pelat merah big caps.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks saham BUMN alias IDXBUMN 20 mengalami koreksi sebesar 10,70% sepanjang tahun berjalan alias year to date (YtD) menuju level 371,77 per Jumat (6/12/2024).
Koreksi itu jauh lebih besar jika dibandingkan dengan indeks bergengsi lainnya, seperti LQ45 yang turun 9,76% YtD dan IDX30 yang melemah 9,62% YtD. Adapun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tumbuh sebesar 1,51% sepanjang tahun berjalan.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo mengatakan bahwa sejatinya saat ini indeks BUMN sangat bergantung dari kinerja emiten perbankan.
Di samping itu, IDXBUMN 20 juga dipengaruhi oleh faktor geopolitik yang berisiko membuat asing menarik dananya dari pasar dalam negeri. Pasar saat ini juga sedang menantikan arah kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat jelang pelantikan Donald Trump.
"Dan, secara kinerja belum ada performa yang begitu baik dari emiten BUMN sehingga kami melihat secara prospek masih bisa potensi negatif," ujarnya saat dihubungi, Jumat (6/12/2024).
Kendati masih terdampak sejumlah sentimen negatif, Azis menilai bahwa harga saham pelat merah yang sudah terkoreksi dapat menjadi opsi bagi investor untuk melakukan pembelian jangka pendek.
Dia merekomendasikan trading buy untuk saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dengan target harga di rentang Rp6.600 hingga Rp6.625. Adapun level support diestimasikan di level Rp6.000 dan Rp5.975 per saham.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.