Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.874 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini, Jumat (15/11/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan melemah 0,08% atau 12 poin ke posisi Rp15.874 di hadapan greenback. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau turun 0,03% ke posisi 106,63.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya mengalami pelemahan. Dolar Hong Kong misalnya melemah 0,01%, rupee India melemah 0,03%, serta yuan China melemah 0,06%.
Sementara sederet mata uang Asia lainnya mengalami penguatan. Yen Jepang misalnya menguat 0,32%, dolar Taiwan menguat 0,24%, won Korea Selatan menguat 0,51%, serta peso Filipina menguat 0,07%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini. Dari luar negeri, dolar AS melonjak ke level tertinggi dalam satu tahun di tengah meningkatnya ketidakpastian atas prospek suku bunga jangka pendek. Pasar pun tidak yakin atas prospek suku bunga di bawah Presiden terpilih AS Donald Trump.
"Inflasi konsumen dan produsen AS terpantau stagnan untuk Oktober 2024, sementara komentar dari pejabat The Fed menunjukkan bank sentral AS akan lebih berhati-hati dalam memangkas suku bunga lebih lanjut," kata Ibrahim, Jumat (15/11/2024).
Baca Juga
Sebelumnya, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan ketahanan ekonomi AS berarti bank sentral perlu waktu untuk memangkas suku bunga lebih lanjut. Komentarnya membuat pelaku pasar mengurangi ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga Desember 2024.
Konsensus pasar memperkirakan peluang 61% untuk pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada Desember 2024, turun dari peluang 85,7% yang terlihat pada sehari sebelumnya. Selanjutnya, konsensus melihat peluang 39% suku bunga akan tetap tidak berubah.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar US$2,45 miliar pada Oktober 2024. Meskipun masih surplus, neraca perdagangan Indonesia mengalami penurunan sebesar US$0,76 miliar bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$2,23 miliar.
Namun, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 54 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus neraca perdagangan Indonesia selain lebih rendah dari bulan sebelumnya, juga lebih rendah US$1 miliar bila dibandingkan periode sama tahun lalu.
Pada perdagangan pekan depan, Senin (18/11/2024) mata uang rupiah diperkirakan fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.860 - Rp15.940.