Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Melonjak 3% Usai OPEC+ Tunda Penambahan Pasokan, Pilpres AS Jadi Fokus

Harga minyak naik hampir 3% pada perdagangan Senin (4/11/2024) karena keputusan OPEC+ yang menunda rencana peningkatan produksi jelang Pilpres AS.
Harga minyak naik hampir 3% pada perdagangan Senin (4/11/2024) karena keputusan OPEC+ yang menunda rencana peningkatan produksi jelang Pilpres AS. /Bloomberg-Anthony Prieto
Harga minyak naik hampir 3% pada perdagangan Senin (4/11/2024) karena keputusan OPEC+ yang menunda rencana peningkatan produksi jelang Pilpres AS. /Bloomberg-Anthony Prieto

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak naik hampir 3% pada perdagangan Senin (4/11/2024) karena keputusan OPEC+ yang menunda rencana peningkatan produksi selama sebulan, sementara investor juga fokus pada pemilihan presiden (Pilpres) AS.

Mengutip Reuters, harga minyak brent berjangka naik $1,98, atau 2,7%, menjadi $75,08 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik $1,98, atau 2,85%, menjadi $71,47. Pekan lalu, Brent turun sekitar 4%, sedangkan WTI turun sekitar 3%.

Pada hari Minggu, OPEC+ mengatakan akan memperpanjang pengurangan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk satu bulan lagi di bulan Desember, dengan peningkatan yang sudah tertunda dari bulan Oktober karena penurunan harga dan lemahnya permintaan.

OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak ditambah Rusia dan sekutu lainnya, dijadwalkan meningkatkan produksi bulanan sebesar 180.000 barel per hari mulai bulan Desember.

Perpanjangan hingga seluruh kuartal keempat tahun 2024 “menimbulkan keraguan pada komitmen kelompok tersebut (atau sarana yang diperlukan) untuk mengembalikan pasokan sama sekali” pada tahun 2025, kata Walt Chancellor, ahli strategi energi di Macquarie, menambahkan bahwa pengumuman tersebut dapat menghilangkan beberapa kekhawatiran akan pembaruan pasokan.

OPEC tetap sangat positif terhadap permintaan minyak baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, Sekretaris Jenderal Haitham Al Ghais mengatakan pada hari Senin.

Perusahaan minyak Perancis, TotalEnergies, memperkirakan permintaan minyak global akan mencapai puncaknya setelah tahun 2030 dalam dua skenario transisi energi yang paling mungkin terjadi dalam laporan prospek energi tahunannya.

Sementara itu, CEO perusahaan energi Italia Eni (ENI.MI) mengatakan bahwa pengurangan pasokan minyak OPEC+ dan upaya baru-baru ini untuk menguranginya telah meningkatkan volatilitas di pasar energi dan menghambat investasi dalam produksi baru.

Produksi minyak OPEC meningkat kembali pada bulan Oktober ketika Libya menyelesaikan krisis politik, demikian temuan survei Reuters. Pada bulan sebelumnya, output berada pada titik terendah pada tahun ini. Upaya Irak lebih lanjut untuk memenuhi pengurangan produksi yang dijanjikan kepada aliansi OPEC+ yang lebih luas membatasi kemajuan yang diperoleh.

Iran telah menyetujui rencana untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 250.000 barel per hari, situs berita kementerian perminyakan Shana melaporkan pada hari Senin. Produksi minyak Libya mendekati 1,5 juta barel per hari, kata National Oil Corporation (NOC) negara tersebut.

Calon presiden AS dari Partai Demokrat Kamala Harris dan Donald Trump dari Partai Republik tetap sama dalam jajak pendapat menjelang hari pemilu pada Selasa, dan pemenangnya mungkin baru akan diketahui beberapa hari setelah pemungutan suara berakhir.

Investor juga mencermati peningkatan ketegangan di Timur Tengah.

Pada hari Kamis, situs berita AS Axios mengatakan intelijen Israel menyatakan Iran sedang bersiap untuk menyerang Israel dari Irak dalam beberapa hari, mengutip dua sumber Israel yang tidak disebutkan namanya.

“Ketegangan di Timur Tengah sekali lagi menjadi yang terdepan ketika para pedagang menunggu respons serangan Iran,” kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Analis memperkirakan penurunan persediaan bensin dan sulingan minggu ini, sementara stok minyak mentah diperkirakan meningkat. Stok bensin AS turun ke level terendah dalam dua tahun dalam seminggu hingga 25 Oktober.

Pasar juga mengamati badai tropis baru yang diperkirakan akan terbentuk pada hari Senin di Karibia dan mengancam produksi minyak lepas pantai di sepanjang Teluk Meksiko.

Shell mengatakan pihaknya memindahkan personel yang tidak penting dari enam platform, dan menambahkan bahwa pihaknya saat ini memperkirakan tidak ada dampak lain pada produksinya di Teluk Meksiko.

Fokus investor minggu ini adalah pada Federal Reserve AS karena para ekonom memperkirakan suku bunga akan dipotong sebesar 25 basis poin pada hari Kamis, dan pada Tiongkok, tempat Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional bertemu dan diperkirakan akan menyetujui stimulus tambahan untuk meningkatkan perekonomian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper