Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah analis menilai emiten berbasis industri yang tergabung ke dalam Indeks IDXINDUST bakal rebound seiring dengan program swasembada energi hingga hilirisasi komoditas yang didorong pemerintahan baru, Prabowo-Gibran.
Seperti diketahui, indeks industri itu telah lama kontraksi seiring dengan tren pelemahan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia tiga bulan terakhir. PMI Manufaktur Indonesia September 2024 berada di level 49,2, meningkat tipis dari bulan sebelumnya 48,9.
“Kami memproyeksikan kinerja sektor industri akan membaik seiring dengan periode kepemimpinan baru yang berpotensi memberikan suntikan paket stimulus, serta dapat memicu minat investasi asing,” kata Co- Founder D'Origin Financial & Advisory Cynthia Nadeak saat dihubungi, Senin (21/10/2024).
Selain itu, Cynthia berpendapat, tren suku bunga rendah yang mulai diambil bank sentral berpotensi ikut menekan beban biaya di sektor industri manufaktur.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Jumat (18/102024), IDXINDUST cenderung bergerak minus 1,67% atau jauh berada di bawah kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat 6,7% sejak awal tahun.
Kinerja indeks industri itu relatif lebih rendah dari sejumlah indeks lainnya seperti sektor energi, properti, dan kesehatan yang masing-masing mencatatkan penguatan 31,72%, 13,43% dan 17,94% year to date.
Baca Juga
Sampai perdagangan akhir pekan kemarin, indeks industri hanya menguat minor 0,32% ke level 1.075.
“Kami merekomendasikan saham ASII, UNTR dan MARK yang mempunyai valuasi masih menarik jika dibandingkan dengan industrinya,” kata Cynthia.
Sementara itu, PT Kiwoom Sekuritas Indonesia mengatakan bobot indeks industri itu sebagian besar berasal dari UNTR sebesar 20,87% dan ASII sebesar 19,42%.
Customer Literation and Education PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Vinko Satrio berpendapat UNTR relatif memiliki valuasi yang lebih menarik ketimbang ASII, induk usahanya.
Seperti diketahui, Annualized PER UNTR 5,21 kali berbanding dengan Annualized PER ASII 6,41 kali. Dari segi kinerja profitabilitas UNTR mencatatkan ROA (TTM) sebesar 11,25% dan ASII sebesar 6,92%.
“Kami juga berpandangan bahwa aktivitas ekspansi bisnis UNTR juga lebih cenderung mampu memanfaatkan arah kebijakan pemerintah baru yang berpegangan pada prinsip swasembada energi dan hilirisasi komoditas,” kata Vinko saat dihubungi.
Kendati ASII turut merambah sektor energi baru terbarukan, Vinko berpendapat, emiten itu masih fokus pada sektor otomotif dan perkebunan melalui anak perusahaanya seperti Astra Agro Lestari.
“Kami melihat sikap ASII yang masih akan lebih fokus pada produksi dan distribusi kendaraan hybrid akan mendapatkan tantangan dari kebijakan pemerintah baru yang nampaknya akan lebih mendorong ekosistem EV,” tuturnya.
Kiwoom Sekuritas menyematkan rating beli untuk UNTR dengan target harga Rp29.000 per lembar untuk jangka panjang, minimal 1 tahun ke depan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Keuangan telah mengalokasikan anggaran program quick win dalam APBN 2025 sebesar Rp121 triliun.
Anggaran itu rencanannya bakal disalurkan untuk program makan bergizi gratis senilai Rp71 triliun, pemeriksaan kesehatan gratis Rp3,2 triliun, pembangunan rumah sakit lengkap berkualitas di daerah Rp1,8 triliun, penuntasan TBC Rp8 triliun, renovasi sekolah Rp20 triliun, sekolah unggulan terintegrasi Rp12 triliun, serta lumbung pangan nasional daerah dan desa Rp15 triliun.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.